Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Bagaimana Nasib Angkutan Kota Salatiga Menghadapi Persaingan Tren Transportasi Online

18 Agustus 2024   19:28 Diperbarui: 20 Agustus 2024   18:32 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Angkot di Terminal Salatiga/ dok.pri.

Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi, saat ini angkutan antar kota dalam provinsi menghadapi perubahan drastis. 

Di kawasan Salatiga, contohnya, perubahan ini terlihat jelas pada menurunnya jumlah armada bus Semarang-Solo. 

Jumlah Armada Berkurang

Beberapa tahun lalu, armada bus ini merupakan tulang punggung transportasi antar kota. Namun kini, hanya sedikit perusahaan bus yang masih bertahan dalam persaingan ketat ini.

Penumpang yang berencana naik bus pada pagi hingga sore hari sering kali harus bersabar. Menunggu lama untuk mendapatkan moda transportasi yang diinginkan adalah pemandangan yang umum. 

Di jalur Salatiga-Ampel, situasinya semakin rumit. Kini, penumpang tidak lagi memiliki banyak pilihan. Sebagian besar terpaksa memilih antara naik ojek online atau bus jurusan Semarang-Solo. 

Keterbatasan ini jelas merugikan, terutama bagi mereka yang membutuhkan akses langsung tanpa harus berganti-ganti kendaraan.

Terdesak Transportasi Online

Moda angkutan kota konvensional yang dulu penuh sesak kini jauh berkurang. Kemunculan transportasi online dan penggunaan kendaraan pribadi semakin mempengaruhi volume penumpang angkutan konvensional. 

Banyak warga di Salatiga beralih menggunakan transportasi online, ataupun motor roda dua dan mobil pribadi, dalam kesehariannya. Hal ini akhirnya mengurangi ketergantungan pada angkutan umum.

Terjadinya persaingan antara angkot dan transportasi online ini tidak hanya menambah tekanan bagi pengusaha angkutan, tetapi juga mengangkat masalah lain yang krusial---biaya operasional yang tinggi. 

Ongkos perawatan dan perbaikan armada yang kian mahal menjadi beban berat bagi pengusaha. Sementara pendapatan dari angkutan konvensional menurun, biaya operasional terus meningkat. 

Tantangan Transportasi Konvensional

Di tengah persaingan yang semakin ketat, pengusaha angkutan konvensional di Salatiga kini berada dalam posisi yang sulit. Mereka harus bersaing tidak hanya dengan transportasi online tetapi juga dengan kendaraan pribadi yang semakin banyak digunakan. 

Tekanan finansial ini memperburuk keadaan, mendorong beberapa pengusaha untuk mengurangi armada atau bahkan menutup usaha mereka.

Persaingan ini menciptakan tekanan yang berat bagi pengusaha angkutan, yang sebelumnya sudah berjuang untuk bertahan hidup. 

Perlunya Kebijakan yang Adil

Di tengah persaingan ini, peran pemerintah sangat penting. Dukungan pemerintah dapat berupa regulasi yang adil, insentif untuk pengusaha angkutan lokal, dan peningkatan infrastruktur transportasi. 

Pemerintah juga harus mempertimbangkan kebijakan yang mendukung keberagaman moda transportasi. Keberagaman ini penting agar masyarakat memiliki berbagai pilihan yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka.

Sebagaimana dilakukan pemerintah dengan memberikan voucher angkot untuk pelajar beberapa waktu lalu, langkah ini telah membantu baik masyarakat maupun pemilik angkot.

Langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah dalam mendukung sektor angkutan akan sangat memengaruhi keberlanjutan industri ini. Jika dikelola dengan baik, sektor angkutan konvensional dapat tetap eksis dan berfungsi secara optimal di tengah perubahan yang cepat.

Pada akhirnya kebijakan tersebut akan berkontribusi pada keseimbangan dalam sistem transportasi, menjaga agar semua pihak, dari pengusaha hingga penumpang, mendapatkan manfaat yang adil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun