Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Persoalan Tata Ruang Tanah Pemakaman di Pedesaan Gunungkidul

17 Agustus 2024   14:22 Diperbarui: 17 Agustus 2024   19:52 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lahan Pemakaman Lama di Padukuhan Jati/ dok.pri

Keterbatasan lahan pemakaman menjadi isu yang semakin mendesak di banyak wilayah, baik di perkotaan maupun di pedesaan. 

Di perkotaan, lahan makam kian mahal, dengan harga yang bisa mencapai puluhan juta rupiah. Keterbatasan ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar, tetapi juga mulai dirasakan di pedesaan. 

Tanah Pekuburan Penuh

Padukuhan Jati di Candirejo, Semanu, Gunungkidul, menjadi salah satu contoh wilayah pedesaan yang menghadapi masalah ini. 

Seiring waktu, tanah pekuburan di dusun tersebut semakin penuh, memaksa masyarakat untuk mencari solusi alternatif.

Di perkotaan, meski mahal, lahan pemakaman masih dapat diakses melalui pembayaran. Namun, di pedesaan seperti Padukuhan Jati, permasalahannya terletak pada lahan yang terbatas dan tata kelola pemakaman yang kurang teratur. 

Banyak makam di pedesaan memiliki nisan besar atau bahkan dibangun dengan struktur beton yang memakan lebih banyak ruang. 

Beberapa keluarga bahkan membangun bangunan mini di atas makam, yang semakin mempersempit lahan yang tersedia. 

Ketika lahan pekuburan semakin penuh, masyarakat terpaksa memakamkan jenazah di bekas kuburan yang sudah ada, suatu praktik yang kurang ideal.

Di Padukuhan Jati, persoalan keterbatasan lahan makam memaksa warga untuk mencari alternatif lain. Sebagian penduduk memilih memakamkan jenazah di lahan pribadi atau di halaman belakang rumah yang masih luas. 

Praktik ini, meskipun memberikan solusi sementara, menimbulkan tantangan lingkungan yang berpotensi mengganggu tata ruang wilayah pada masa mendatang. 

Belum adanya aturan mengenai pemakaman di lahan non-umum juga menjadi persoalan, mengingat penempatan makam yang tidak teratur dapat menurunkan kualitas lingkungan padukuhan secara keseluruhan.

Pentingnya Kualitas Lingkungan

Pada tahun 2024, Padukuhan Jati akhirnya mendapatkan solusi jangka panjang dengan penambahan lahan makam baru di sebelah utara padukuhan. 

Lahan baru ini diharapkan dapat menata ulang tata letak pemakaman dan mengurangi permasalahan lahan di masa mendatang. 

Namun, hal ini juga menandai pentingnya pemikiran strategis dalam pengembangan desa, termasuk perencanaan tata letak pekuburan yang layak dan berkelanjutan.

Keberadaan lahan baru ini memberi harapan bagi warga Padukuhan Jati untuk menjaga kualitas lingkungan dan mengelola pekuburan dengan lebih baik. 

Beruntungnya, daerah ini tidak memiliki sumber air seperti sumur atau resapan yang dapat terkontaminasi oleh makam, karena penduduk setempat mengandalkan air hujan dan suplai dari PDAM.

Dengan demikian, masalah pencemaran tanah dari pemakaman dapat dihindari.

Menarik untuk dicatat, di wilayah Gunungkidul, praktik kremasi seperti di kota-kota besar belum diterapkan. Tradisi pemakaman masih menjadi cara utama dalam mengurus jenazah. 

Kondisi ini semakin menekankan pentingnya perencanaan lahan pemakaman yang layak agar tidak mengganggu keseimbangan lingkungan dan tata ruang desa.

Strategi Pentaaan Tanah Makam

Kasus di Padukuhan Jati ini menjadi peringatan betapa pentingnya penataan wilayah yang memadai, dengan mempertimbangkan aspek-aspek ekologis dan sosial. 

Para pemangku kepentingan di desa perlu lebih serius dalam memikirkan pengelolaan tata ruang lahan pemakanan. 

Hal ini termasuk memastikan lahan pemakaman yang cukup dan teratur, demi menjaga kualitas lingkungan padukuhan pada masa kini dan masa mendatang.

Dengan adanya lahan pemakaman baru, diharapkan masalah serupa dapat dihindari di masa depan. Pengembangan desa yang berkelanjutan harus mempertimbangkan kebutuhan penduduk sekaligus menjaga lingkungan yang sehat dan tertata. 

Dusun Jati kini memiliki peluang untuk merencanakan tata letak yang lebih baik dan mengelola pemakaman secara lebih efisien.

Tata kelola pemakaman yang baik tidak hanya mengatasi masalah lahan, tetapi juga memastikan kualitas hidup masyarakat tetap terjaga
. 

Pengalaman padukuhan Jati dapat menjadi pelajaran berharga bagi wilayah lain yang menghadapi permasalahan serupa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun