Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Iptek, dan Pendidikan, Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penyediaan Alat Kontrasepsi untuk Remaja vs Kekudusan Hidup Remaja Kristen

10 Agustus 2024   23:29 Diperbarui: 11 Agustus 2024   00:04 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://unsplash.com/s/photos/youth-ministry

Dalam pandangan Alkitab, seksualitas adalah sebuah karunia yang diberikan Allah dan dirancang untuk dinikmati dalam konteks pernikahan yang sah, yaitu pernikahan heteroseksual yang monogami.

Fondasi Keluarga

Keluarga sebagai lembaga pertama yang Allah bentuk dan memiliki makna yang sangat penting dalam pandangan Alkitab. Dalam Kejadian 2:24, disebutkan bahwa seorang laki-laki akan meninggalkan orangtuanya dan bergabung dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Ayat ini menegaskan bahwa pernikahan adalah institusi yang didirikan oleh Allah sejak awal penciptaan manusia.

Sebagai lembaga pertama, keluarga memiliki posisi yang sangat penting dalam rencana Allah. Keluarga bukan hanya sebuah unit sosial atau struktur masyarakat, tetapi merupakan fondasi dasar dari masyarakat itu sendiri. 

Allah mendirikan keluarga sebagai tempat di mana individu belajar tentang cinta, tanggung jawab, dan komitmen. Ini adalah lingkungan di mana nilai-nilai moral dan spiritual pertama kali ditanamkan dan dikembangkan.

Keluarga harus menjaga hidup kudus karena merupakan ciptaan Allah yang memiliki tujuan dan makna ilahi. Kekudusan ini mencakup kesetiaan dan komitmen antara suami dan istri, serta tanggung jawab terhadap anak-anak yang lahir dari pernikahan tersebut. 

Dalam konteks ini, keluarga tidak boleh dianggap remeh atau diperlakukan dengan sembrono. Penting untuk menghormati dan menjaga kekudusan lembaga keluarga dengan serius, sesuai dengan prinsip-prinsip yang diajarkan dalam Alkitab.

Kekudusan keluarga terwujud ketika setiap anggotanya memahami bahwa hubungan dalam keluarga harus didasarkan pada nilai-nilai Allah yang tinggi, seperti kasih, kesetiaan, dan saling menghormati.

Keluarga yang dibangun atas dasar nilai-nilai ini mencerminkan kehendak Allah dan menjadi teladan bagi masyarakat. Prinsip ini menegaskan bahwa hubungan seksual seharusnya hanya terjadi dalam ikatan pernikahan yang sah, dan tidak di luar pernikahan.

Kelahiran yang terjadi akibat hubungan seksual di luar nikah bisa dilihat sebagai pelanggaran terhadap kehendak Allah tentang bagaimana seharusnya seksualitas dilakukan. Alkitab mengajarkan bahwa pernikahan adalah perjanjian suci yang mencerminkan hubungan Kristus dengan gereja, seperti dinyatakan dalam Efesus 5:22-33.

Pernikahan menurut Alkitab bukan hanya sebuah ikatan sosial, tetapi juga sebuah perjanjian spiritual yang melibatkan komitmen dan kesetiaan. Oleh karena itu, hubungan seksual di luar pernikahan dianggap sebagai pelanggaran terhadap kekudusan pernikahan dan komitmen yang dimaksudkan oleh Allah.

Dalam hal ini, kelahiran di luar nikah bisa dipandang sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap prinsip-prinsip ini.

Walaupun, Alkitab juga menegaskan bahwa Allah adalah penuh kasih dan pengampunan. Meskipun hubungan seksual di luar nikah melanggar kehendak Allah, Allah menawarkan pengampunan dan pemulihan bagi mereka yang bertobat.

Dalam 1 Yohanes 1:9, dikatakan bahwa Allah akan mengampuni dosa dan menyucikan kita dari segala kejahatan jika kita mengaku dosa kita dengan penuh kesadaran. Ini menunjukkan bahwa Allah yang memahami kelemahan manusia, dan Dia juga bertindak tegas atas setiap dosa, namun Ia juga menawarkan kesempatan untuk pemulihan.

Alat Kontrasepsi yang Kontroversial

Kebijakan pemerintah terkait penggunaan alat kontrasepsi untuk pelajar dan remaja, seperti yang diatur dalam PP Nomor 28 Tahun 2024, telah menimbulkan kontroversi. Kebijakan ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat dan mencegah kehamilan yang tidak diinginkan di kalangan remaja.

Namun, pendekatan ini juga menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana nilai-nilai moral dan etika, seperti yang diajarkan dalam Alkitab, harus dipertimbangkan.

Dari perspektif Alkitab, penggunaan alat kontrasepsi di kalangan pelajar dan remaja dapat dilihat sebagai upaya untuk menghindari konsekuensi dari hubungan seksual di luar pernikahan.  Ini bisa dianggap sebagai tindakan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Alkitabiah tentang kekudusan pernikahan.

Namun, dalam konteks kesehatan masyarakat, kebijakan ini bertujuan untuk mencegah konsekuensi negatif dari seksualitas di luar pernikahan, seperti kehamilan tidak direncanakan dan penyebaran penyakit menular seksual.

Dalam menghadapi kebijakan seperti PP Nomor 28 Tahun 2024, penting untuk mempertimbangkan pendekatan yang penuh kasih dan penuh pengertian.

Prinsip Kekudusan Remaja Kristen

Prinsip kekudusan bagi remaja Kristen juga sangat penting dalam konteks ini. Remaja Kristen diundang untuk menjalani hidup yang sesuai dengan panggilan Allah untuk hidup kudus. Dalam kitab 1 Tesalonika 4:3-4, dinyatakan bahwa kehendak Allah adalah agar setiap orang hidup dalam penyucian, menjauhkan diri dari percabulan, dan mengetahui cara menghormati wadahnya sendiri dengan kekudusan.

Mengajarkan prinsip kekudusan kepada remaja Kristen melibatkan lebih dari sekadar menghindari hubungan seksual di luar pernikahan; ini juga mencakup pembentukan karakter dan pemahaman yang mendalam tentang kehendak Allah.

Pendidikan yang baik harus mencakup pemahaman tentang makna seksualitas dalam kerangka kekudusan dan komitmen kepada Allah, bukan hanya sekadar aturan atau larangan.

Dalam praktiknya, gereja dan persekutuan Kristen harus berkomitmen untuk menyediakan pendidikan yang membimbing remaja dalam memahami nilai-nilai kekudusan. Ini harus dilakukan dengan pendekatan yang penuh kasih, tidak menghakimi, dan mendorong mereka untuk menjalani hidup sesuai dengan ajaran Alkitab.

Pada saat yang sama, dukungan praktis seperti konseling remaja, dan bimbingan juga penting untuk membantu mereka menghadapi tantangan terkait seksualitas. 

Pentingnya  Pertimbangan Moral 

Selanjutnya, terkait dengan PP Nomor 28 Tahun 2024, terdapat potensi risiko bahwa penggunaan alat kontrasepsi dalam kebijakan ini dapat dianggap sebagai legitimasi atau pengabaian terhadap norma-norma moral.

Penting untuk memastikan bahwa kebijakan ini tidak mendorong perilaku yang bertentangan dengan prinsip-prinsip kekudusan, tetapi lebih sebagai langkah pencegahan dalam situasi di mana nilai-nilai moral mungkin tidak selalu diterapkan dengan sempurna.

Dalam konteks masyarakat yang semakin kompleks, maka peran pemerintah dalam kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk nilai-nilai moral dan etika.

Bagi gereja, penting untuk memastikan bahwa kebijakan kesehatan diimbangi dengan pendidikan moral yang konsisten dengan prinsip-prinsip Alkitabiah. Hal ini bertujuan untuk menjaga agar nilai-nilai tersebut tetap dihormati sekaligus memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat.

Peran Gereja dan Pemimpin Kristen

Sebagai orang beriman, kita harus berkomitmen untuk mendukung dan membimbing remaja dalam memahami dan menghormati nilai-nilai kekudusan tentang seksualitas dan pernikahan. Pada saat yang sama, kita juga harus bersikap terbuka terhadap upaya-upaya yang bertujuan untuk melindungi kesehatan masyarakat dan mencegah dampak negatif dari perilaku seksual yang tidak diinginkan.

Dalam menghadapi kebijakan seperti PP Nomor 28 Tahun 2024, para pemimpin Kristiani perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip Alkitabiah sambil secara berkala memberikan pengajaran dan pendidikan seksualitas di gereja.

Selain itu, gereja perlu menyediakan program dukungan yang komprehensif. Sebagai contoh, gereja dapat membantu remaja dan individu lainnya dalam mengatasi dampak negatif dari perilaku seksual yang tidak diinginkan. Misalnya, gereja dapat menyediakan pastoral konseling yang baik di kalangan jemaat, khususnya remaja.

Melalui pendekatan yang bijaksana dan penuh kasih, gereja dapat membantu menciptakan lingkungan yang sehat dan mendukung remaja dan seluruh jemaat untuk menjaga kekudusan hidup dan pernikahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun