Mohon tunggu...
Obed
Obed Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Menghidupi Kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Geliat Pedagang Sayur dan Buah di Pasar Tradisional Blauran

10 Agustus 2024   14:37 Diperbarui: 10 Agustus 2024   14:54 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pedagang Tradisional di trotoar Pasar Blauran / dok.pri.

Meskipun banyak sektor beralih ke metode pemasaran digital, para pedagang pasar ini masih memasarkan produk mereka secara tradisional.

Mereka mempertahankan metode berjualan yang telah lama menjadi bagian dari budaya lokal, seperti berinteraksi langsung dengan pembeli dan menyediakan produk segar secara tatap muka.

Ketergantungan pada Pasar Lokal

Di pasar Blauran, banyak pedagang bergantung pada pasar lokal dan pengunjung setempat untuk penjualan mereka. 

Ketergantungan ini menciptakan tantangan signifikan karena perubahan dalam pola belanja atau penurunan jumlah pengunjung dapat langsung mempengaruhi pendapatan mereka. 

Misalnya, jika ada pergeseran dalam preferensi konsumen atau jika masyarakat lokal mengalami penurunan daya beli, pedagang mungkin akan mengalami penurunan omzet. 

Fluktuasi dalam jumlah pengunjung pasar bisa mempengaruhi seberapa sering produk mereka terjual, yang pada gilirannya dapat mengganggu kestabilan finansial mereka.

Ketergantungan pada pasar lokal juga menambah kerentanan pedagang terhadap fluktuasi ekonomi dan perubahan dalam preferensi konsumen.

Misalnya, selama masa-masa sulit ekonomi, pengeluaran konsumen bisa berkurang, dan pedagang di pasar tradisional seperti Blauran mungkin mengalami penurunan penjualan yang signifikan. 

Selain itu, perubahan dalam tren belanja atau kebiasaan konsumen bisa mengurangi permintaan untuk produk tertentu yang biasanya mereka tawarkan. 

Hal ini menunjukkan bahwa stabilitas pendapatan pedagang sangat tergantung pada kondisi ekonomi lokal dan preferensi konsumen, yang sering kali sulit untuk diprediksi atau dikelola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun