Akibat dari situasi yang sulit ini, beberapa pedagang bahkan harus mencari alternatif lain untuk mendukung ekonomi keluarga mereka.Â
Mereka mulai merambah usaha lain di luar pasar, seperti berjualan online, membuka warung makan, atau pekerjaan lainnya yang dianggap lebih stabil.Â
Meskipun mereka tetap membuka kios di Pasar Raya, usaha tersebut sering kali tidak lagi menjadi prioritas utama, melainkan hanya sebagai pelengkap untuk menambah penghasilan.
Beralih ke E-commerce
Sebagai respons terhadap perubahan ini, beberapa penjual pakaian di Pasar Raya Salatiga mulai beradaptasi dengan memanfaatkan teknologi digital.Â
Mereka mulai menggunakan media sosial untuk mempromosikan produk, serta bekerja sama dengan platform e-commerce untuk memperluas jangkauan pasar.Â
Namun, proses adaptasi ini tidaklah mudah, mengingat tidak semua penjual memiliki akses atau pengetahuan yang cukup tentang teknologi.
Beberapa pedagang yang lebih kreatif, terutama dari generasi milenial, bahkan mulai menjual pakaian secara live di media sosial. "Sekarang ada saudara saya yang jualan secara live di Instagram dan Facebook.Â
Dulu kita cuma mengandalkan kios di pasar, tapi sekarang penjualan online jauh lebih besar. Pindah ke e-commerce itu nggak mudah, tapi kita harus beradaptasi kalau nggak mau ketinggalan," ungkap Pak Haryadi.
Pasar Raya Salatiga menghadapi persaingan dengan pusat perbelanjaan modern dan butik yang menawarkan suasana belanja yang lebih nyaman dan eksklusif.Â
Meskipun demikian, keunikan pasar tradisional yang penuh warna, suasana yang akrab, dan produk dengan harga yang kompetitif tetap menjadi keunggulan utama yang menarik konsumen untuk terus datang.