Kalimat ini itu menunjukkan bahwa mereka adalah korban dari ketidakadilan dan kurangnya pemahaman dari orang lain, sementara sebenarnya mereka mungkin menghindari tanggung jawab atas tindakan atau kesalahan mereka.
Di sisi lain, pernyataan seperti, "Kenapa kamu selalu memperlakukanku seperti ini? Aku sudah melakukan semua yang aku bisa, tapi tidak ada yang pernah menghargai usahaku. Tidak adil sekali!"
Berusaha menarik simpati dengan menekankan seolah-olah mereka telah memberikan segalanya tanpa mendapatkan pengakuan atau penghargaan yang layak.Â
Melalui pernyataan ini, mereka berusaha membalikkan situasi, dan membuat orang lain merasa bertanggung jawab kesulitannya.
Pada akahirnya setiap kebiasaan buruk yang dimiliki oleh orang-orang yang suka playing victim atau sebagai korban akan berdampak buruk pada diri sendiri dan orang di sekitarnya.
Dengan menyadari kebiasaan-kebiasaan ini, kita dapat lebih memahami bahwa orang yang suka playing victim dapat merusak diri dan lingkungannya.Â
Mengatasi kecenderungan ini seseorang yang suka playing victim memerlukan kesadaran diri, dan keinginan untuk berubah.
Untuk itu perlu bagi kita mengoreksi diri agar hubungan kita di rumah, masyarakat, organisasi, perusahaan, dan komunitas lebih sehat dan konstruktif.Â
Kita harus dapat menciptakan hubungan yang lebih harmonis dan meningkatkan kualitas pergaulan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H