Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Krisis Yang Dialami Kaum Disabilitas

1 Agustus 2024   07:54 Diperbarui: 4 Agustus 2024   00:09 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengaruh Lingkungan Terhadap Krisis Psikis

Lingkungan yang tidak mendukung sering kali memperburuk krisis psikis penyandang disabilitas. Kurangnya fasilitas yang memadai, diskriminasi, dan stigma di masyarakat dapat menambah beban psikologis mereka.

Penyandang disabilitas mungkin merasa tertekan atau kurang percaya diri karena lingkungan sekitar yang tidak ramah atau tidak memahami kebutuhan mereka. 

Oleh karena itu, penting untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dengan menyediakan aksesibilitas yang lebih baik dan mengedukasi masyarakat tentang keberagaman serta inklusi. 

Peran Masyarakat 

Sebagai bagian dari masyarakat, kita memiliki tanggung jawab untuk mendukung penyandang disabilitas dan membantu mereka mengatasi berbagai krisis yang mereka hadapi. 

Upaya ini termasuk menciptakan lingkungan yang inklusif, menyediakan aksesibilitas yang lebih baik, dan memberikan kesempatan kerja yang sesuai dengan kemampuan mereka. 

Dengan pendekatan yang penuh kasih dan perhatian, gereja dapat membantu penyandang disabilitas merasa didukung secara spiritual dan emosional dalam menghadapi tantangan mereka. 

Ini mencakup memahami dan merespons kebutuhan unik setiap individu serta menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk mendukung mereka secara holistik.

Untuk mengatasi krisis akibat disabilitas, diperlukan pendekatan yang holistik dan terkoordinasi. Usaha tersebut mencakup perluasan aksesibilitas dan inklusi, dukungan psikologis, sosial, dan emosional yang memadai, serta upaya untuk membangun kesadaran dan menghapus stigma di masyarakat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun