Ditingggal Pelanggan
Becak tua Pak Diyono saat ini telah sepi pelanggan. Dia menceritakan bahwa sebelum pandemi, dia memiliki tujuh pelanggan tetap, yaitu pedagang sayur yang biasa berjualan di pasar pagi Salatiga.Â
Saat itu, tiap subuh dia membantu pedagang sayur dengan memindahkan barang dari mobil pengantar ke meja lapak yang sudah disiapkan di pasar pagi.
Namun, saat ini dia tidak tahu di mana mereka berada. Tidak ada satu pun dari mereka yang berhasil ditemuinya. "Sampun mboten nate kepanggih malih," ungkapnya. Pak Diyono merasa kehilangan karena tidak lagi bertemu dengan pelanggan-pelanggannya yang lama.Â
Perubahan ini membuat pekerjaannya terasa semakin sepi. Meskipun demikian, dia tetap berusaha menjalani hari-harinya dengan penuh semangat.
Dia juga menceritakan bahwa dahulu dia menggunakan becaknya untuk mengantar pakaian dari pelanggan ke laundry. Namun, kini pihak laundry telah memiliki layanan transportasi untuk antar jemput. Akibatnya, dia kehilangan pelanggan yang dulunya sering menggunakan jasanya. Â
Dia bercerita biasanya, pada hari Minggu, dia mengantar pelanggan ke gereja. Namun, sekarang pelanggan-pelanggannya tidak lagi pergi ke gereja karena bisa beribadah dari rumah menggunakan HP. "Sekarang ibadah bisa dilakukan dari rumah lewat HP," ujarnya.
Hasil Keringat Tukang Becak
Becak tua sudah cukup lelah, namun sudah mengangkat ekonomi keluarga Pak Diyono. Kayuhan, ketabahan, cucuran keringat, dan kerja keras telah terbayarkan dengan berhasilnya anak-anak yang telah bekerja dan membangun keluarga.Â
Berkat kerja keras dan ketabahannya, anak-anaknya berhasil bekerja dan membangun keluarga mereka masing-masing. Pengorbanan dan usaha yang telah dilakukan selama ini telah membuahkan hasil yang membanggakan hidup Pak Diyono.