Pengembangan Gereja
Dalam diskusi yang dihadiri pimpinan STTJKI ini juga membahas upaya memajukan gereja dalam konteks yang dinamis dan kompleks saat ini, langkah-langkah penting perlu diambil untuk mengubah paradigma yang sudah terbiasa. Pertama, di era digital gereja harus menghindari berfikir sempit yang membatasi sudut pandang mereka. Ini artinya mengakui keberagaman pengalaman dan tantangan yang dihadapi oleh jemaat, serta mendorong dialog yang inklusif untuk merangkul berbagai ide dan kontribusi dari seluruh anggota gereja.
Selanjunya gereja perlu mengubah pola pikir lama atau masa lalu yang menghambat inovasi dan adaptasi. Dengan tetap mempertahankan nilai-nilai fundamental, gereja harus bersikap dinamis dalam menyikapi perubahan zaman dan menemukan cara-cara baru untuk menerapkan nilai-nilai tersebut secara relevan dalam konteks masa kini.
Langkah Penting Gereja
Untuk memajukan pelayanan dalam diskusi tersebut menyampaikan bahwa Gereja Jemaat Kristus Indonesia (GJKI) perlu membangun komunikasi yang baik, mampu membangun semangat pelayanan (PI), kerjasama yang erat, dan dukungan yang saling menopang, serta melakukan berbagai langkah strategis yang dapat diimplementasikan secara mendalam dan terperinci.
Komunikasi yang baik menjadi pondasi utama dalam membangun hubungan yang sehat dan produktif di antara gereja- gereja. Hal ini meliputi mempromosikan persatuan, transparansi, dan saling mendengarkan dalam setiap interaksi. Komunikasi terbuka memungkinkan kesempatan untuk menyampaikan ide, kekhawatiran, dan aspirasi dengan lebih efektif, sehingga menciptakan lingkungan yang inklusif dan membangun kepercayaan.
Dalam pemaparannya Sekretaris Umum GJKI Nasional juga menyampaikan dorongan untuk membangkitkan semangat pekabaran Injil (PI). Gereja dapat menyelenggarakan program pelatihan rutin yang fokus pada pengembangan PI dan pemantapan rohani. Ini termasuk pengajaran mengenai panggilan pelayanan dan praktik-praktik terbaik dalam melayani persekutuan dan sesama.
Kerjasama yang erat antaranggota gereja merupakan kunci untuk mencapai tujuan bersama. Gereja dapat mendorong pembentukan tim kerja atau kelompok studi untuk menangani proyek-proyek tertentu, baik itu terkait dengan pembinaan rohani, pelayanan sosial, atau pengembangan program gereja lainnya. Kolaborasi yang baik akan meningkatkan efisiensi, kreativitas, dan dampak positif dari setiap gereja lokal.
Dalam upaya memperkuat semangat pelayanan, penting untuk mengembangkan program pendidikan dan pengembangan diri yang berkelanjutan bagi para pelayan dan potensi pelayan. Hal ini mencakup seminar, lokakarya, dan pelatihan yang dirancang untuk meningkatkan pemahaman teologis, keterampilan kepemimpinan, dan kompetensi dalam pelayanan pastoral dan sosial.
Menjalin hubungan yang erat dengan gereja- gereja lokal  merupakan strategi yang efektif untuk membangun jaringan dukungan yang luas dan memperluas dampak positif gereja. Gereja dapat mengadakan berbagai kegiatan, program kemitraan, atau inisiatif pelayanan yang bersifat inklusif.
Selanjutnya perlu mengembangkan kepemimpinan yang visioner dan inklusif akan membantu memandu gereja menuju tujuan yang diinginkan dengan visi jangka panjang. Pemimpin gereja perlu memfasilitasi dialog terbuka, mempromosikan nilai-nilai Kristen yang mendasar, dan memotivasi anggota untuk berkomitmen dalam mengembangkan gereja sebagai pusat pelayanan dan ibadah yang dinamis.