Salah satu solusi umum yang diadopsi oleh petani untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak adalah dengan membeli pakan berupa pohon jagung. Pakan jagung ini umumnya diperoleh dari daerah sekitar Wonosari yang lebih subur atau dari wilayah Klaten di Jawa Tengah.
Namun, pembelian pakan pohon jagung ini tidak tanpa konsekuensi. Biaya tambahan yang harus dikeluarkan untuk memperoleh pakan berkualitas menjadi beban ekonomi tambahan bagi petani.Â
Beban biaya ini sering kali membebani anggaran mereka dan dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi mereka secara keseluruhan. Tidak hanya itu, kondisi ini juga berdampak pada kesejahteraan ternak, mengingat kualitas pakan sangat berpengaruh pada kesehatan dan produktivitas ternak.
Kesulitan ini memperburuk tantangan yang dihadapi petani tradisional di daerah tersebut. Di tengah kondisi lingkungan yang semakin tidak mendukung, seperti kekeringan yang berkepanjangan, petani harus menghadapi tekanan tambahan dalam mengelola sumber daya yang terbatas.
Dampak dari situasi ini mencakup gangguan pada keberlanjutan usaha pertanian mereka dan penurunan stabilitas ekonomi yang dapat mengancam kelangsungan usaha mereka di masa depan.
Selama musim kemarau, petani di Gunungkidul harus menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan pakan ternak mereka. Untuk mengatasi kekurangan pakan yang disebabkan oleh kurangnya sumber pakan alami, mereka menggunakan simpanan pakan kering yang telah disiapkan sebelumnya.Â
Pakan ini meliputi bahan-bahan seperti kacang tanah kering dan batang pohon padi yang disimpan di kandang ternak. Penggunaan pakan kering ini merupakan strategi penting untuk memastikan ternak tetap mendapatkan asupan nutrisi selama periode kekeringan.
Di ladang tadah hujan, aktivitas pertanian dilakukan dengan memanfaatkan periode musim kemarau untuk memanen hasil tanaman yang telah ditanam sebelumnya.Â
Pada bulan Juli hingga Agustus, petani memanen ketela pohon yang telah mencapai masa panen. Ketela pohon merupakan salah satu komoditas penting yang dapat diandalkan selama musim kemarau untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Pada bulan Oktober dan November, petani biasanya fokus pada persiapan tanah untuk musim tanam berikutnya. Aktivitas ini dikenal sebagai ngawu-awu, yang melibatkan pengolahan tanah dengan cara mluku, yaitu mengemburkan tanah menggunakan bajak tradisional yang ditarik oleh hewan sapi.Â
Selain itu, petani juga memberikan pupuk kandang untuk meningkatkan kesuburan tanah. Langkah-langkah ini bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah dan menambah kandungan nutrisi, sehingga tanah siap untuk ditanami kembali ketika musim hujan tiba.Â