Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Iptek, dan Pendidikan, Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pentingnya Affection Intelligence di Era AI

22 Juli 2024   12:12 Diperbarui: 1 Agustus 2024   09:27 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

AI Menuju ke AGI

Perkembangan dari kecerdasan buatan (AI) menuju kecerdasan buatan umum (AGI) menggambarkan sebuah tantangan besar dalam dunia teknologi

Saat ini, AI telah memberikan kontribusi yang besar dalam berbagai bidang, seperti otomatisasi proses industri, analisis data kompleks, dan pengembangan aplikasi yang lebih canggih. 

AGI melibatkan usaha untuk mengembangkan sistem yang tidak hanya mampu melakukan tugas-tugas spesifik dengan baik, tetapi juga memiliki kemampuan untuk belajar dari interaksi dengan lingkungan, beradaptasi dengan situasi baru, dan mengembangkan pemahaman yang kompleks dan fleksibel, mirip dengan kemampuan manusia.

Progres menuju AGI terus didorong oleh inovasi dalam beberapa bidang seperti machine learning, deep learning, dan pengolahan bahasa alami. 

Meskipun demikian, tantangan besar yang harus diatasi meliputi pemodelan abstrak, keterbatasan algoritma saat menghadapi situasi baru, serta penguasaan etika dan keamanan yang melekat pada teknologi yang semakin canggih.

Lahirnya AI

John McCarthy, seorang pionir dalam ilmu komputer, dikenal sebagai pencetus istilah "Artificial Intelligence" pada tahun 1955, yang kemudian diusulkannya secara resmi dalam Konferensi Dartmouth tahun 1956.

Konferensi tersebut menandai titik awal dalam evolusi Kecerdasan Buatan, di mana McCarthy dan koleganya memperdebatkan ide mesin yang bisa belajar dan berpikir seperti manusia.

Kontribusi McCarthy tidak hanya terbatas pada penciptaan istilah AI, tetapi juga mencakup pengembangan banyak konsep dan teknik yang menjadi pondasi utama dalam pengembangan AI modern.

Menurut laporan CNBC Internasional, CEO Tesla, Elon Musk, memberikan indikasi bahwa kemungkinan kecerdasan buatan umum (AGI) akan tersedia pada tahun 2026. 

AGI adalah konsep kecerdasan buatan yang mencakup kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang kompleks dengan tingkat pemahaman dan kecerdasan serupa manusia. 

Musk menyampaikan pandangannya ini dalam konteks perkembangan teknologi AI yang semakin maju, meskipun tantangan teknis dan etika tetap menjadi perhatian.

Sementara itu, CEO OpenAI, Sam Altman, juga mengungkapkan pandangan yang optimis mengenai perkembangan AGI. Altman menekankan bahwa meskipun AGI belum sepenuhnya terwujud, teknologi AI terus berkembang dengan pesat dan bisa mengarah pada pencapaian AGI dalam waktu dekat. 

Pernyataan ini mencerminkan optimisme dalam komunitas pengembangan AI tentang potensi masa depan teknologi yang dapat mengubah secara mendalam cara kita bekerja dan hidup.

Affection Inttelligence


William Cho, CEO LG Electronics, mengungkapkan salah satu frasa yang menginspirasi, yaitu "Change your words, change your world!"  Menurutnya bahwa Affection Inttelligence adalah yang dibutuhkan untuk mengubah paradigma dalam kecerdasan buatan. 

Cho merasa bahwa pendekatan ini dapat menggerakkan orang yang skeptis untuk terlibat lebih dalam dan belajar lebih banyak tentang potensi teknologi tersebut. Sebagai seorang pemimpin, Cho juga menekankan pentingnya kecerdasan emosional dalam berteknologi, yakni memiliki kepedulian, empati, dan perhatian terhadap pengalaman pelanggan.

Cho menyatakan bahwa mereka ingin mendefinisikan kecerdasan buatan sebagai 'kecerdasan penuh kasih sayang' atau 'Affection Intelligence'.

Ini mencerminkan keyakinan mereka bahwa teknologi AI tidak hanya sekadar tentang kemampuan komputasi, tetapi juga tentang kemampuan untuk menciptakan pengalaman pelanggan yang lebih peduli, empatik, dan memperhatikan kebutuhan manusia secara mendalam.

Pendekatan ini mungkin tidak hanya menunjukkan visi LG dalam menghadirkan inovasi teknologi, tetapi juga komitmen mereka untuk membangun solusi yang berorientasi pada manusia dan mampu memberikan dampak positif dalam kehidupan sehari-hari.

Affection Inttelligence dalam Keberagamaan

Dalam konteks keberagamaan, "affection" bisa diartikan sebagai kasih sayang, atau mungkin 'perasaan', sering kali dilihat sebagai atribut ilahi yang mendasar. Konsep ini melampaui sekadar emosi manusia, melainkan mencerminkan sifat-sifat dari Tuhan.

Kasih sayang dalam kehidupan orang beragama sering kali dianggap sebagai ekspresi penuh belas kasih dan pengampunan yang tidak terbatas.

Kasih sejati  memberi harapan dan memulihkan hubungan antara manusia dan Tuhan, serta antara manusia dengan sesamanya.

Dalam kehidupan orang yang beriman kepada Allah, kasih adalah panggilan untuk mencintai sesama manusia sebagaimana kita mencintai diri sendiri, sebuah ajaran yang menempatkan pentingnya belas kasih dan kepedulian seperti yang ditunjukan oleh Tuhan. 

Ini sering mendorong kita untuk mempraktikan filantropi, pelayanan terhadap yang papa, menderita,  dan berbagai pelayanan sosial sebagai manifestasi dari kasih Tuhan, (Matius 25:39-40). 

Selain itu, kasih yang kita praktikan adalah sebagai bukti dari kebaikan Tuhan yang hadir dalam kehidupan manusia. Kasih tersebut mempengaruhi perilaku, dan motivasi pelayanan dimana bertolak darai keyakinan iman yang mengutamakan nilai kemanusiaan, dan mengedepankan keadilan sosial.

Dalam ajaran Kristen, menyinggung konsep Affection Intelligence ataupun mungkin juga kecerdasan emosi, adalah terkaiat dengan cara mengamalkan kasih. sebagai refleksi dari kasih Allah yang sempurna.

Affection Intelligence adalah nilai fundamental dalam iman Kristen, ditegaskan dalam perintah utama untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan pikiran, serta mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri, (Matius 22:34-40).

Tuhan mengajarkan bahwa kasih yang sejati haruslah belas kasih dan peduli terhadap orang lain,  seperti dengan kasih yang diberikan oleh Kristus kepada umat manusia. 

Kasih sayang dalam konteks Kristen bukan sekadar perasaan, tetapi juga tindakan nyata untuk melayani dan memberikan kepada orang lain tanpa pamrih, (kasih agape).

Pengajaran dalam berita Injil menekankan pentingnya untuk mengampuni, memberi, dan menyayangi orang lain dengan segenap tulus. Ini mencakup memiliki empati yang dalam terhadap penderitaan orang lain, berbagi sukacita dengan mereka yang bersukacita, dan membangun hubungan yang penuh dengan kasih dan kepedulian.

Kita tentu juga percaya bahwa 'kecerdasan kasih sayang' bukan hanya tentang hubungan interpersonal, tetapi juga tentang hubungan vertikal dengan Allah. Kasih kepada Allah mengarah pada pengenalan yang lebih dalam terhadap kehendak-Nya dan komitmen untuk hidup sesuai dengan ajaran Tuhan, yang mencakup nilai pengorbanan, keadilan, dankebenaran.

Dalam praktiknya, kita diajarkan untuk mengekspresikan kasih sayang melalui perbuatan nyata yang membangun dan menguatkan secara komunal, memperhatikan kebutuhan orang lain, dan menjadi teladan kasih Kristus di dunia ini. 

Dengan demikian, konsep Affection intelligence dalam konteks Kristen tidak hanya mengacu pada kecerdasan emosional, tetapi juga pada kecerdasan spiritual yang didasarkan pada cinta dan kasih, sebagaimana Tuhan tunjukkan kepada umatNya.

Dalam era perkembangan cepat kecerdasan buatan (AI), penting bagi kita untuk membuat pilihan yang cerdas. Kini kesempatan kita untuk memengaruhi bagaimana AI akan membentuk masa depan kita.

Ini bukan hanya tentang menerima perubahan teknologi secara pasif, tetapi aktif terlibat dalam transformasi ini dengan kesadaran penuh, diseraati  pengetahuan yang mendalam.

Terlibat dalam penggunaan AI artinya bahwa kita memahami tidak hanya tentang cara kerjanya, tetapi juga mempertimbangkan implikasi etis, sosial, dan ekonominya. 

Dengan membuat keputusan yang bijak dan kita berpartisipasi aktif dalam diskusi publik mengenai regulasi dan kebijakan AI. Sehingga kita dapat membentuk arah yang menguntungkan bagi masyarakat secara luas, serta memastikan teknologi ini memberikan manfaat bagi semua orang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun