Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Akademisi

Berminat Dalam Bidang Sosial, Iptek, dan Pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pentingnya Affection Intelligence di Era AI

22 Juli 2024   12:12 Diperbarui: 1 Agustus 2024   09:27 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam konteks keberagamaan, "affection" bisa diartikan sebagai kasih sayang, atau mungkin 'perasaan', sering kali dilihat sebagai atribut ilahi yang mendasar. Konsep ini melampaui sekadar emosi manusia, melainkan mencerminkan sifat-sifat dari Tuhan.

Kasih sayang dalam kehidupan orang beragama sering kali dianggap sebagai ekspresi penuh belas kasih dan pengampunan yang tidak terbatas.

Kasih sejati  memberi harapan dan memulihkan hubungan antara manusia dan Tuhan, serta antara manusia dengan sesamanya.

Dalam kehidupan orang yang beriman kepada Allah, kasih adalah panggilan untuk mencintai sesama manusia sebagaimana kita mencintai diri sendiri, sebuah ajaran yang menempatkan pentingnya belas kasih dan kepedulian seperti yang ditunjukan oleh Tuhan. 

Ini sering mendorong kita untuk mempraktikan filantropi, pelayanan terhadap yang papa, menderita,  dan berbagai pelayanan sosial sebagai manifestasi dari kasih Tuhan, (Matius 25:39-40). 

Selain itu, kasih yang kita praktikan adalah sebagai bukti dari kebaikan Tuhan yang hadir dalam kehidupan manusia. Kasih tersebut mempengaruhi perilaku, dan motivasi pelayanan dimana bertolak darai keyakinan iman yang mengutamakan nilai kemanusiaan, dan mengedepankan keadilan sosial.

Dalam ajaran Kristen, menyinggung konsep Affection Intelligence ataupun mungkin juga kecerdasan emosi, adalah terkaiat dengan cara mengamalkan kasih. sebagai refleksi dari kasih Allah yang sempurna.

Affection Intelligence adalah nilai fundamental dalam iman Kristen, ditegaskan dalam perintah utama untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan pikiran, serta mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri, (Matius 22:34-40).

Tuhan mengajarkan bahwa kasih yang sejati haruslah belas kasih dan peduli terhadap orang lain,  seperti dengan kasih yang diberikan oleh Kristus kepada umat manusia. 

Kasih sayang dalam konteks Kristen bukan sekadar perasaan, tetapi juga tindakan nyata untuk melayani dan memberikan kepada orang lain tanpa pamrih, (kasih agape).

Pengajaran dalam berita Injil menekankan pentingnya untuk mengampuni, memberi, dan menyayangi orang lain dengan segenap tulus. Ini mencakup memiliki empati yang dalam terhadap penderitaan orang lain, berbagi sukacita dengan mereka yang bersukacita, dan membangun hubungan yang penuh dengan kasih dan kepedulian.

Kita tentu juga percaya bahwa 'kecerdasan kasih sayang' bukan hanya tentang hubungan interpersonal, tetapi juga tentang hubungan vertikal dengan Allah. Kasih kepada Allah mengarah pada pengenalan yang lebih dalam terhadap kehendak-Nya dan komitmen untuk hidup sesuai dengan ajaran Tuhan, yang mencakup nilai pengorbanan, keadilan, dankebenaran.

Dalam praktiknya, kita diajarkan untuk mengekspresikan kasih sayang melalui perbuatan nyata yang membangun dan menguatkan secara komunal, memperhatikan kebutuhan orang lain, dan menjadi teladan kasih Kristus di dunia ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun