Persoalan Saat Mencantumkan Gelar dalam Pelayanan di Gereja
Ada beberapa persoalan yang muncul terkait dengan mencantumkan gelar akademik di gereja, yang tidak selalu dianggap perlu oleh semua orang dalam konteks pelayanan rohani.
Pertama, beberapa anggota gereja dan persekutuan mungkin merasa bahwa penekanan terlalu besar pada gelar akademik bisa mengaburkan atau mengurangi fokus pada esensi dari pelayanan rohani itu sendiri. Pelayanan gerejawi seharusnya lebih banyak menitikberatkan pada pemahaman dan praktik iman, kasih, dan pelayanan langsung kepada jemaat dan masyarakat, daripada pada gelar formal yang dimiliki seseorang.
Kedua, terlalu banyak penekanan pada gelar akademik bisa menyebabkan kesan elitisme atau pemisahan antara pelayan dan jemaat. Hal ini bertentangan dengan ajaran kesederhanaan dan kerendahan hati yang sering kali ditekankan dalam ajaran Tuhan Yesus, di mana pelayan seharusnya menjadi teladan dalam melayani tanpa pamrih dan tanpa memandang status atau gelar.
Ketiga, di beberapa konteks atau tradisi dibeberapa gereja, gelar akademik tidak dianggap sebagai syarat mutlak atau penentu untuk kelayakan dalam pelayanan rohani. Sebaliknya, fokusnya lebih pada panggilan rohani, karakter, dan dedikasi untuk melayani Tuhan dan sesama. Pemberian gelar akademik bisa saja menjadi pilihan personal seseorang, tetapi tidak dianggap sebagai prasyarat utama atau indikator utama kesetiaan dalam pelayanan.
Jadi pada dasarnya, meskipun gelar akademik di gereja dapat memiliki nilai dan urgensi tertentu, penting untuk diingat bahwa esensi dari pelayanan di gereja yang mengedepankan kehidupan rohani lebih banyak terletak pada kehidupan iman, kesetiaan, dan pelayanan langsung kepada jemaat dan masyarakat, daripada pada gelar formal yang dimiliki seseorang.
Gelar akademik sering kali dianggap sebagai tolak ukur kemampuan seseorang, tetapi dalam konteks pelayanan gereja, hal ini tidak selalu berlaku. Meskipun pendidikan formal dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan yang berharga, kemampuan untuk melayani dalam konteks gereja lebih banyak tergantung pada faktor-faktor lain seperti pengalaman praktis, integritas karakter, dan kemampuan untuk membangun hubungan dengan orang lain secara empatik. Pemimpin gereja yang efektif biasanya tidak hanya memiliki keahlian teologis yang mendalam, tetapi juga memiliki kemampuan untuk memahami dan mengatasi berbagai tantangan rohani, dan praktis yang dihadapi oleh warga jemaat.
Oleh karena itu, seseorang yang mungkin tidak memiliki gelar akademik tinggi tetapi memiliki kualitas kepemimpinan, kebijaksanaan rohani, dan dedikasi yang kuat dapat menjadi pelayan gereja yang sangat efektif. Penting untuk mengakui bahwa pelayanan gereja bukanlah tentang gelar atau prestise akademik semata, tetapi lebih tentang kesediaan untuk melayani dan memimpin dengan kasih Kristus, dan hikmat Allah, serta membangun persekutuan iman yang kokoh dan berdampak positif kepada jemaat, dan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H