Dr. Epafras menyampaikan bahwa generasi saat ini menunjukkan ragam keyakinan agama yang inklusif, seperti kesadaran akan sifat relatif kebenaran agama (tentatif), penerimaan terhadap nilai-nilai yang berbeda dari berbagai agama (omnisme), dan penghargaan terhadap keberagaman keyakinan (berbagai keyakinan).
Pergumulan di Perguruan tinggi teologi mencerminkan dinamika kompleks antara tradisi agama yang kaya dan kemajuan teknologi serta tuntutan zaman. Salah satu aspek utama dalam pergumulan ini adalah integrasi kurikulum yang seimbang antara pemelajaran tradisional teologis dengan respons terhadap isu-isu kontemporer. Perguruan tinggi teologi perlu memastikan bahwa mahasiswa tidak hanya memahami dasar-dasar iman mereka tetapi juga dilengkapi dengan pengetahuan yang relevan tentang bagaimana iman dapat diterapkan dalam konteks masa kini yang penuh tantangan.
Selain itu, pergumulan ini juga mencakup penerapan teknologi dalam pengajaran dan administrasi . Penggunaan platform digital untuk pendidikan jarak jauh, seminar online, dan komunikasi mahasiswa dan dosen merupakan hal yang krusial dalam memenuhi kebutuhan belajar mahasiswa di zaman modern.
Sekolah tinggi teologi juga dihadapkan pada tugas penting untuk melatih mahasiswa dalam kepemimpinan rohani yang efektif di era digital ini. Ini termasuk mempersiapkan mereka untuk memimpin gereja dan organisasi rohani dengan bijaksana, memanfaatkan alat dan strategi modern yang diperlukan untuk mengelola dan melayani umat dengan baik.Â
Dalam pandangannya, Dr. Epafras menyoroti pentingnya peran dosen dalam pendidikan tinggi dengan tiga aspek utama. Pertama, dosen harus memahami manifestasi dari peran mereka sebagai pendidik dan pembimbing yang tidak hanya menyampaikan pengetahuan tetapi juga mengembangkan keterampilan dan nilai-nilai yang relevan bagi mahasiswa.Â
Kedua, penting bagi dosen untuk membangun branding yang kuat sebagai ahli dalam bidangnya dan sebagai pengajar/pendidik yang menginspirasi. Ini melibatkan cara mereka berinteraksi dengan mahasiswa, memberikan motivasi, dan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung.Â
Ketiga, dosen perlu memanfaatkan berbagai media dan teknologi dalam proses pengajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan mempersiapkan mahasiswa menghadapi tantangan zaman yang dinamis.Â
Pada bagian akhir, Dr. Epafras berpendapat bahwa dosen seharusnya memberikan dorongan dan motivasi kepada mahasiswa, mirip dengan efek positif yang dihasilkan oleh dopamin dalam tubuh manusia.
Dalam era digital yang terus berkembang, pengelolaan perguruan tinggi teologi dengan menggunakan teknologi digital dapat membawa manfaat besar dalam menjaga relevansi dan dinamisme institusi ini.
Pertama, integrasi teknologi digital memungkinkan perguruan tinggi teologi untuk menyediakan akses lebih luas terhadap sumber daya pendidikan, termasuk kuliah online, platform pembelajaran jarak jauh, dan repositori digital untuk literatur teologis dan sumber-sumber keilmuan lainnya. Hal ini tidak hanya memperluas jangkauan geografis mahasiswa potensial, tetapi juga meningkatkan fleksibilitas dalam pendidikan, memungkinkan mahasiswa untuk belajar sesuai dengan waktu dan tempat yang mereka pilih.
Kedua, teknologi digital juga memperkuat interaksi dan keterlibatan antara dosen dan mahasiswa. Melalui platform pembelajaran online dan media sosial, dosen dapat terhubung dengan mahasiswa untuk mendukung proses pembelajaran, memberikan umpan balik secara real-time, dan memfasilitasi diskusi dan kolaborasi antar-mahasiswa.Â