Penggunaan media sosial telah menjadi bagian integral dari kehi
dupan sehari-hari bagi banyak orang di seluruh dunia. Platform seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan TikTok memungkinkan individu untuk terhubung dengan teman, keluarga, dan komunitas, berbagi momen penting dalam hidup Sebagian orang. Selain itu, media sosial juga memberikan peluang bagi bisnis untuk berinteraksi dengan pelanggan, mempromosikan produk dan layanan, dan membangun brand mereka.ÂBerdasarkan data dari Datareportal.com, jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia mencapai 167.0 juta orang pada Januari 2023, mencakup sekitar 60.4% dari total populasi. Peningkatan ini didorong oleh akses yang semakin luas terhadap internet dan perangkat mobile, serta meningkatnya kesadaran akan manfaat media sosial dalam komunikasi, informasi, dan e-commerce.Â
Platform populer seperti Facebook, Instagram, dan TikTok mendominasi penggunaan, dengan influencer dan konten kreator lokal memainkan peran penting dalam tren konsumsi. Namun, tantangan seperti penyebaran hoaks dan risiko privasi tetap ada, sehingga penting bagi pengguna untuk tetap bijak dan kritis dalam memanfaatkan media sosial.
Penggunaan gadget yang adiktif, atau sering disebut sebagai kecanduan gadget, dapat membawa dampak negatif yang signifikan pada kesehatan mental dan fisik individu. Ketergantungan yang tinggi pada perangkat teknologi dapat menyebabkan gangguan tidur, kelelahan kronis, dan peningkatan risiko gangguan kecemasan dan depresi.Â
Waktu yang dihabiskan di depan layar gadget juga seringkali mengurangi waktu yang dihabiskan untuk aktivitas fisik, yang dapat menyebabkan penurunan kesehatan fisik dan meningkatkan risiko obesitas.Â
Selain itu, kecanduan gadget dapat mengganggu kinerja akademis atau pekerjaan, karena perhatian dan waktu yang seharusnya digunakan untuk tugas-tugas penting tergantikan oleh interaksi dengan gadget.
Hastuti dalam bukunya "Psikologi Perkembangan Anak" menjelaskan dampak negatif penggunaan gadget yang berlebihan pada anak-anak. Pertama, kecanduan gadget dapat membuat anak sulit berkonsentrasi pada dunia nyata. Mereka cenderung mudah bosan, gelisah, dan marah saat dipisahkan dari gadget karena sudah terbiasa dengan kenyamanan dan kesenangan yang ditawarkan. Hal ini mengakibatkan mereka kesulitan berinteraksi dengan teman sebaya dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial, karena lebih suka menyendiri dan bermain dengan gadget.
Kedua, penggunaan gadget yang berlebihan dapat mengganggu fungsi Pre Frontal Cortex (PFC) di otak, yang bertanggung jawab atas pengendalian emosi, kontrol diri, tanggung jawab, pengambilan keputusan, dan nilai-nilai moral. Anak-anak yang kecanduan gadget akan mengalami produksi hormon dopamin yang berlebihan, yang dapat mengganggu fungsi PFC.
Selain itu, ketergantungan pada gadget membuat anak merasa bahwa gadget adalah segalanya, sehingga mereka menjadi introvert, gelisah bila terpisahkan dari gadget, dan menghabiskan sebagian besar waktu untuk bermain gadget, yang mengakibatkan hubungan dengan orang tua menjadi kurang dekat.
Nomophobia, atau ketakutan berlebihan akan kehilangan akses ke ponsel, adalah fenomena yang semakin umum di era digital ini. Orang yang menderita nomophobia seringkali merasa cemas atau panik ketika mereka tidak memiliki akses ke ponsel mereka, baik karena kehabisan baterai, kehilangan sinyal, atau lupa membawa ponsel.Â
Ketakutan ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan menurunkan kualitas hidup. Gejala nomophobia termasuk perasaan cemas ketika tidak dapat memeriksa pesan atau media sosial, perasaan terisolasi tanpa ponsel, dan kebutuhan untuk selalu membawa charger atau baterai cadangan.
Penggunaan gadget yang berlebihan juga dapat memperlambat perkembangan kemampuan sosio-emosional individu, terutama pada anak-anak dan remaja. Interaksi tatap muka yang kurang dan ketergantungan pada komunikasi digital dapat menghambat perkembangan keterampilan sosial, seperti empati, komunikasi verbal, dan kemampuan membaca ekspresi wajah serta bahasa tubuh.Â
Anak-anak yang menghabiskan lebih banyak waktu dengan gadget cenderung memiliki kesulitan dalam membangun hubungan interpersonal yang sehat dan dapat mengalami kesulitan dalam mengelola emosi mereka sendiri.
Selain itu, penggunaan gadget yang berlebihan dapat mempengaruhi perkembangan motorik, terutama pada anak-anak. Aktivitas yang melibatkan gadget biasanya bersifat statis dan tidak memerlukan banyak gerakan fisik, yang berarti anak-anak menghabiskan lebih sedikit waktu untuk bermain di luar, berlari, melompat, atau melakukan aktivitas fisik lainnya yang penting untuk perkembangan motorik halus dan kasar.Â
Kurangnya aktivitas fisik ini dapat menghambat perkembangan otot dan koordinasi, serta mengurangi kesempatan untuk belajar keterampilan motorik melalui permainan dan aktivitas fisik. Lebih jauh lagi, kehidupan sosial juga dapat terganggu, karena interaksi sosial nyata berkurang dan digantikan oleh interaksi digital yang kurang memadai dalam membangun hubungan yang mendalam dan bermakna.
Penggunaan gadget yang berlebihan dapat memberikan dampak negatif pada masalah penglihatan. Menatap layar gadget untuk waktu yang lama dapat menyebabkan ketegangan mata digital, atau yang sering disebut sindrom penglihatan komputer.Â
Gejala umum dari kondisi ini termasuk mata kering, iritasi, penglihatan kabur, dan sakit kepala. Paparan cahaya biru dari layar gadget juga dapat merusak retina mata dan memperburuk masalah penglihatan dari waktu ke waktu.Â
Anak-anak dan remaja sangat rentan terhadap efek negatif ini karena mata mereka masih dalam tahap perkembangan, dan waktu yang dihabiskan di depan layar gadget dapat mengganggu perkembangan visual mereka.
Selain masalah penglihatan, penggunaan gadget yang berlebihan juga dapat menyebabkan insomnia, atau kesulitan tidur. Cahaya biru yang dipancarkan oleh layar gadget dapat mengganggu produksi melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur.Â
Ketika produksi melatonin terganggu, ritme sirkadian atau jam biologis tubuh kita menjadi kacau, sehingga menyebabkan kesulitan tidur atau kualitas tidur yang buruk. Insomnia yang disebabkan oleh penggunaan gadget dapat menyebabkan kelelahan, penurunan produktivitas, dan masalah kesehatan lainnya seperti gangguan suasana hati, kesulitan berkonsentrasi, dan penurunan fungsi kognitif.
Dampak negatif pada kesehatan penglihatan dan gangguan tidur ini juga saling berkaitan dan dapat memperburuk satu sama lain. Ketegangan mata akibat penggunaan gadget yang berlebihan dapat membuat sulit untuk merasa nyaman dan rileks saat mencoba tidur, sementara kurang tidur dapat meningkatkan ketegangan mata dan memperburuk masalah penglihatan.Â
Oleh karena itu, penting untuk mengatur waktu penggunaan gadget dengan bijaksana dan mengambil langkah-langkah untuk melindungi kesehatan mata dan tidur kita, seperti mengatur kecerahan layar, menggunakan filter cahaya biru, dan mengambil istirahat berkala dari layar gadget.
Mengurangi penggunaan gadget sebelum tidur dan menciptakan rutinitas tidur yang sehat dapat membantu mengurangi risiko insomnia dan memperbaiki kualitas tidur. Mempraktikkan kebiasaan seperti membaca buku, mendengarkan musik yang menenangkan, atau bermeditasi sebelum tidur dapat membantu tubuh dan pikiran rileks dan siap untuk tidur.Â
Selain itu, mengatur lingkungan tidur yang nyaman, seperti memastikan kamar gelap dan sejuk, juga dapat mendukung tidur yang lebih baik.Â
Dengan demikian, kita dapat melindungi kesehatan mata dan meningkatkan kualitas tidur, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H