Mohon tunggu...
Obed Bima Wicandra
Obed Bima Wicandra Mohon Tunggu... Dosen - Pencinta klub Liverpool dan Persebaya

Senang mengoleksi dan membaca buku. Budaya visual, budaya sepak bola, dan estetika adalah wilayah yang banyak ditulisnya. Silakan mampir ke https://rumahresensibukuku.wordpress.com/ untuk membaca resensi atas buku yang telah dibacanya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbagi Mural untuk Kebaikan

31 Desember 2020   19:38 Diperbarui: 31 Desember 2020   21:30 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana ruang kelas setelah dimural. (dokpri)

Sekolah di Parang, Kediri. (dokpri)
Sekolah di Parang, Kediri. (dokpri)

Lampu sangat terbatas. Air pun juga begitu. Angin yang kencang dan dingin sungguh menjadi pengalaman baru. Namun hal tersebut tak mengurungkan niat kami untuk bersemangat membantu mereka.

Yang membuat kami sangat bersemangat adalah semangat para guru saat menemani kami maupun saat mencukupi kebutuhan kami, terutama makanan dan minuman. Sikap gotong-royong itulah yang memperbesar semangat kami untuk menyelesaikan membuat mural dalam kondisi yang sangat terbatas tersebut.

Pada akhir pengerjaan dan kami siap untuk berkemas pulang, seorang guru dengan menitikkan air mata seraya menggenggam erat tangan saya berkata: "Duh Gusti, saya tidak menyangka sekolah menjadi bagus seperti ini. Anak-anak pasti kerasan di sekolah nantinya."

Saya yang mendengar sang Ibu Guru tersebut dibuatnya merinding. Teman-teman lain berujar: "Syukur Alhamdulillah, Bu, jika semuanya senang!".

Pengerjaan di ruang kelas. (dokpri)
Pengerjaan di ruang kelas. (dokpri)

Apresiasi inilah yang terkadang tak pernah didapatkan secara tulus saat mengerjakan proyek mural secara pesanan di kafe atau restoran. Proses jual-beli dan kepuasan pelanggan seperti kata kunci dalam hubungan yang sifatnya ekonomis. Tentu saja hal ini berkebalikan dengan apa yang dikerjakan dalam aktivitas sosial berbagi mural di sekolah-sekolah yang sangat membutuhkan.

Pengalaman dalam beraktivitas sosial inilah yang kelak akan menjadi kenangan indah bagi kami dan semoga juga bagi para guru dan murid sekolah. "Berbagi mural" bukan hanya sekadar melukis, namun juga berinteraksi dengan para guru dan murid.

Cerita-cerita mereka inilah yang menjadi teman dalam melukis maupun saat beristirahat. Banyak cerita yang bisa dijadikan motivasi bagi sekolah-sekolah di kota. Selain itu "berbagi mural" juga menyadarkan tentang pentingnya "berbagi hati". Sikap mau mendengarkan curhatan para guru dan murid adalah kunci penting saat beraktivitas bersama mereka.

Di sela-sela membuat mural, bermain bola dulu dengan anak-anak di halaman sekolah. (dokpri)
Di sela-sela membuat mural, bermain bola dulu dengan anak-anak di halaman sekolah. (dokpri)

Tiada Ruang banyak memperoleh pelajaran dalam 15 tahun ini. Besar di jalanan, dikenal hingga diundang dalam event pameran seperti Biennale Jogja dan Biennale Jatim, tentu menjadi hal yang berbeda dalam mengalami pengalaman estetik dengan medan yang berbeda pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun