Mohon tunggu...
ikhwan udin
ikhwan udin Mohon Tunggu... -

seorang pembelajar kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indahnya Malam Pertama

15 Juni 2010   01:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:32 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buhlul bertanya “Lantas, di manakah istanamu ?”

“Di sana.” Jawab Harun.

Buhlul berkata, “Wahai Harun, engkau mengatakan kuburan ayah, kakek dan nenek moyangmu berada di sana sedang istanamu berada di sana. Tidakkah anda tahu, anda akan meninggalkan istana itu dan berpindah menuju kubur yang gelap gulita dan sendirian tanpa anak, istri dan harta yang selama ini kamu kumpulkan ? kamu akan berpindah dari istanamu yang menjulang tinggi nan megah menuju kuburan yang sempit.”

Kemudian Harun menangis dan menderita sakit. Hingga ketika sudah merasa ajalnya dekat, Harun mengumpulkan anak, istri dan para pengawal serta tentara istana sembari berkata, “Wahai Dzat yang tidak akan kehilangan kekuasaannya, kasihilah orang yang akan kehilangan kekuasaannya ini.” Lalu Harun meninggal dunia.

Ikhwani fillah…apakah kita mengira bahwa umur kita masih panjang dan menyangsikan datangnya malaikat maut yang siap menjemput kita. Tamu yang datang tanpa diundang. Bila waktunya tiba, ia akan melaksanakan titah Tuhannya, Allah Ta’ala tanpa memajukan dan tanpa memundurkan barang satu detikpun.

Maka, bayangkanlah seolah-olah kita sedang berada di kuburan dan merenungi nasib apa yang akan antum dapatkan di sana. Berada di salah satu taman dari taman-taman surga atau parit dari parit-parit neraka.

Setelah waktu merenung usai, aku memerintahkan mereka untuk membalik lembar nisan yang berisi pertanyaan-pertanyaan muhasabah. Dan memerintahkan mereka mengisinya. Di sela-sela mereka mengerjakan, aku mengingatkan mereka sesuai dengan urutan pertanyaan tersebut.

Pertanyaan pertama, “Amal apa yang sudah antum lakukan ?”

Aku melanjutkan,

Saudara-saudaraku yang aku sayangi dan aku cintai..…

Sekarang mari kita merenung, amalan apakah yang sudah kita persiapkan untuk menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala ? sudahkah kita siap untuk menghadap-Nya. Mari kita juga merenung, amalan apakah yang sudah kita lakukan sesuai dengan keinginan dan perintah Allah dan Rosul-Nya ? apakah amal shalih kita sudah kita iringi dengan perasaan khauf ( rasa takut), raja’ (rasa berharap) dan mahabbah (rasa cinta) ? adakah kita berani menjamin diri kita terlepas dari siksa Allah Ta’ala? Apakah kita sudah melupakan dosa-dosa kita. Dosa mata kita, dosa tangan kita, dosa kaki kita, dosa lisan kita, dan bahkan dosa hati kita ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun