Ide dan GagasanÂ
Dari hasil analisis yang telah dijelaskan diatas, ide gagasan untuk mengembangkan produksi bersih industri tahu di Dusun Selomanen adalah pembangunan infrastruktur IPAL komunal dengan sistem anaerobik dengan tangki digeser yang sesuai dengan kriteria penentuan lokasi pengolahan limbah. Alternatif ini dapat mengurangi masalah bau busuk yang mencemari lingkungan dari limbah cair produksi tahu karena mengontrol kadar pH. pH memiliki pengaruh yang signifikan dalam proses pengolahan limbah cair. Dengan mengontrol kadar pH dan menambahkan larutan penyangga akan mengurangi dampak bau tidak sedap yang dihasilkan.
Penentuan lokasi IPAL komunal yang menggunakan sistem on site tidak boleh sembarangan karena terdapat kriteria tertentu. Jarak lokasi pengolahan limbah harus berada pada standar jarak yang telah ditentukan agar dapat mengurangi efek bau yang tidak sedap dan dampak lain seperti kemungkinan saluran yang bocor. Berdasarkan standar tercantum pada SNI 03-2398-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan Sistem Resapan, standar jarak IPAL Komunal dengan sumur minimal berjarak 10 meter, dengan bangunan sekitar berjarak minimal 1,5 meter, dan dengan pipa air bersih minimal berjarak 3 meter. Adapun penggunaan lahan di sekitar industri tahu rumahan adalah permukiman penduduk dan tegal. Berikut merupakan titik lokasi penempatan IPAL Komunal untuk industri tahu rumahan di Dusun Selomanen.
Prinsip recovery untuk limbah cair yang dihasilkan adalah pembuatan biogas. Pada bak pengurai di IPAL komunal dengan sistem anaerobik, bahan pencemar organik akan diuraikan oleh mikroorganisme yang dapat menghasilkan gas hidrogen sulfida. Gas tersebut dapat dimanfaatkan sebagai biogas sebagai pengganti bahan bakar untuk keperluan rumah tangga dan produksi pengolahan tahu. Hal ini akan menciptakan pengolahan limbah yang berkelanjutan.
Sedangkan untuk limbah padat berupa ampas tahu yang pemanfaatannya sebatas untuk pakan ternak, ampas tahu dapat juga dimanfaatkan sebagai bahan makanan seperti kerupuk dan tepung. Hal ini dikarenakan ampas tahu memiliki nilai gizi yang tinggi. Dengan pemanfaatan ampas tahu menjadi produk yang memiliki nilai jual, maka akan menjadi sumber ekonomi dan pendapatan bagi masyarakat.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan diatas adalah pengelolaan limbah dapat dilakukan dengan cara pembangunan infrastruktur komunal dan pemanfaatan kembali limbah yang dihasilkan. IPAL komunal dengan sistem anaerobik dengan tangki digeser dapat menjadi alternatif ini dapat mengurangi masalah bau busuk akibat limbah cair yang ditimbulkan. Perlu diperhatikan pula penentuan lokasi dari IPAL komunal agar sesuai standar ketentuan pada pada SNI 03-2398-2002 sehingga mengurangi dampak bau yang dihasilkan. Dari proses anaerobik yang digunakan IPAL komunal akan dihasilkan biogas sebagai alternatif bahan bakar. Sedangkan pengelolaan ampas tahu yang tidak hanya untuk pakan ternak saja, melainkan juga sebagai alternatif bahan baku bahan makanan dapat menjadi sumber ekonomi dan pendapatan bagi masyarakat. Hal ini akan dapat mewujudkan pengolahan limbah industri tahu yang berkelanjutan.
Saran
Saran yang dapat diberikan dari penjelasan diatas adalah dalam perencanaan IPAL anaerobik yang digeser, dibutuhkan tenaga ahli dalam pemasangannya agar tepat digunakan sehingga dapat memberikan dampak yang positif terhadap ekosistem atau lingkungan di sekitarnya. Penempatan lokasi IPAL perlu juga dikaji secara mendalam agar lokasinya tepat. Selain itu, perlunya peningkatan produksi dan jaringan kemitraan yang lebih luas agar dapat memperluas pangsa pasar. Adapun produk bahan makanan hasil pemanfaatan kembali ampas tahu hendaknya dipromosikan ke masyarakat agar masyarakat mengetahui adanya produk tersebut
Referensi
Ferdiansyah, Muhammad Bagus. et al. 2015. Pemberdayaan Ekonomi Pengusaha Tahu (Studi tentang Pemberdayaan Pengusaha Tahu melalui Peran Dinas Koperasi, Industri, dan Perdagangan Kabupaten Kediri), 4 (12), 2107-2111.