Berbagai bentuk judi di dunia maya sudah lama terjadi. Jutaan orang Indonesia terperangkap dari mimpi-mimpi keberuntungan dari melakukan judi. Faktanya kekalahan yang mereka alami. Walau begitu mereka tidak kapok juga.
Mengapa hal itu bisa terjadi?
1. Soal judi bukanlah barang baru. Judi sudah ada semenjak jaman nenek moyang seperti adu ayam, main dengan uang kepeng (di daerah saya disebut pis bolong, main keles? Disitu juga ada taruhan.
2. Rendahnya pendidikan.walau pendidikan bukan faktor mutlak, tapi mereka yang terjerat judi on line pada umumnya adalah mereka yang berpendidikan rendah. Ini disebabkan mereka kurang berpikir tentang resiko yang akan terjadi.
3. Tingkat kehidupan. Masyarakat dengan tarap kehidupan yang rendah biasanya cepat tergoda dengan mimpi mimpi kehidupan yang lebih baik dengan cara gampang. Iming iming hadiah berlipat ini sangat menggoda.
Beberapa kali saya pernah berbincang dengan mereka yang berjudi seperti diaebut judi buntut. Mereka sering bilang. Ah, uang 10 ribu dapat apa. Coba aja dipasangkan. Kalau nasib baik akan jadi banyak.
4. Tingkat literasi. Secara umum literasi bangsa kita kan sudah rendah. Termasuk literasi keuangan. Mereka akan susah menabung karena terkumpul banyak akan sangat lama. Enakan biar cepat. Salah satunya ya cari keberuntungan dengan judi.
Tentu masih banyak faktor lain, tergantung pada pola hidup dalam keluarga. Solusi untuk itu
1. Kalau pemerintah mau, mampu sebaiknya judi on line di hapus kontennya atau paling tidak dibatasi. Apapun cara itu, pemerintahlah yang tahu.
2. Pemerintah harus terus berusaha menaikkan tingkat pendapatan masyarakat. Meningkatkan pendidikan. Meningkatkan sosialisasi tentang pola hidup yang lebih baik agar terlepas dari kegiatan judi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H