Mohon tunggu...
Nyoman Sarjana
Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malam Ini Masih Tersisa Mendung

13 Juni 2024   17:07 Diperbarui: 13 Juni 2024   17:11 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar pixabay gratis

Malam Ini Masih Tersisa Mendung
DN Sarjana

"Mel, kamu di mana? Ijinkan Aku menemanimu malam ini sekali saja"

Melmel barusan membaca pesan singkat dari gaway yang ada di depanya. Malam ini Melmel sedang menikmati malam minggu bersama kakak misan yang sengaja dia bawa untuk mengurangi kegalauan setelah kamis lalu Melmel bertengkar dengan Eky.

Melmel tidak menjawab pesan dari Eky. Ia menikmati rujak cingur kesukaannya yang ditemani es kelapa muda.

"Mel, kamu jawab wa nya dulu. Kasihan yang kirim pesan." Kata Riko sambil seruput kopi hitam kesukaannya. Hisapan nikmat sebatang rokok terjepit dijemari Riko.

"Males Kak. Lelaki yang tidak bertanggungjawab. Kayak anak kecil." Jawab Melmel ketus. Di raut wajahnya seperti menggelayut kebencian yang mendalam.

Bersamaan dengan ucapannya, gaway yang dia masukkan ke tas, seperti berbunyi lagi.
"Please Mel. Kali ini saja. Aku akan jelaskan seterang-terangnya." Melmel membaca pesan itu, seperti ada gombal berlebihan.

"Uuh, laki-laki. Apa yang mau diterangin lagi? Kali lampu neon" Melmel menjawab sms itu. Namun Melmel ingin menguji keberanian Eky dengan mengatakan ia sedang menikmati malan minggu di cafe, yang seperti biasa Eky nikmati dengan Melmel setiap malam minggu.

"Kak Riko. Bentar Eky akan kesini. Mohon Kakak jaga Mel ya! Mel mau kasi pelajaran buat Eky."

"Emang Eky akan kesini? Kamu masih mau pacaran sama dia?" Kata Riko kepada adiknya Melmel.

"Mel, belum putus Kak Riko. Mel, mau menguji, apa dia akan sesabar Mel ketika Eky tak bisa menjelaskan siapa perempuan yang diajak dalam satu mobil."

Melmel kemudian bercerita bahwa hari kamis lalu, entah mengapa Melmel bertemu dengan Eky. Saat itu Melmel mau makan siang saat istirahat siang. Saat bersamaan Eky turun dari mobil dengan seorang perempua. Kiranya sebaya dengan Melmel.

Melmel yang begitu kuat menjaga kesucian cinta, kemudian marah besar. Melmel tidak mau terima apapun alasan yang disampaikan Eky. Siapa yang tidak sakit kalau jemari tangan aeky berpegangan mesra dengan perempuan itu.

Tidak lebih dari sepuluh menit, Eky sudah sampai di cafe. Setelah menaruh mobil Eky mencari Melmel. Eky seakan tidak percaya, ada lelaki yang sedang menimpali Melmel. Apakah ini pembalasan Melmel? Siapa lelaki itu? Pacar Melmelkah?

Eky tak mau berandai-andai. Ia mendekati Melmel. Berjalan lima meter, Melmel sudah berada disampingnya.

"Halo Mel. Apa kabar? Kau baik-baik saja kan?" Kata Eky walau terlihat gugup.

"Seperti kamu lihat. Aku baik saja. Tak apa kok ada yang menjauh dan hilang?" Melmel menyindir, sambil mempersilahkan Eky duduk.

Eky salah tingkah. Antara kesel dan marah berkecamuk. "Begitu sadisnya perlakuan Melmel kepada ku," pikir Eky.

"Perkenalkan ini Kakak misanku. Dia bekerja di kapal pesiar. Kebetulan Dia dapat of tiga bulan. Silahkam minum."

"Apa semudah itu aku kan percaya omonganmu Mel?" Eky memandang tajam.

"Na, kan perasaanmu sama denganku. Saat Kamu perlihatkan perempuan itu dan Kamu tidak mampu menjelaskan, aku juga sakit hati!" Jawab Melmel ketus.

"Mel, itu teman sekantorku. Kebetulan mobilnya nggak bisa keluar dari parkiran. Ya, aku ajak dia keluar."

"Ooo, bolehlah. Tapi teman itu harus bergandengan tangan begitu mesra?"

Eky terdiam. Dia kehabisan akal untuk menjawab. Dalam dirinya Eky baru sadar, bahwa perempuan kalau lagi cinta akan punya cemburu yang sangat tajam.

"Maafkan Aku Mel. Aku tidak ada maksud lain. Hanya sesaat. Aku takut temanku terjatuh karena saat itu lagi hujan."

"Ya, sudah. Kita saling merenung dulu. Melmel akan jelaskan, lelaki yang Melmel ajak, itu adalah misanku. Kalau Kamu tidak percaya, berarti kita jaga dulu ketidakpercayaan itu."

Sampai di situ. Pembicaraan menjadi bisu. Sepertinya perasaan Melmel dan Eky masih membeku.

Hingga malam itu masih bergelayut mendung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun