"Kak Mirah, ini adiknya ya?" Perempuan itu menoleh. Aduuh, matanya bulat bening dengan bulu mata yang lengkung. Dadaku terasa ditusuk.
"Iya Dik Wawan. Katanya dia tidak sekolah. Males gurunya sering tidak datang."
"O, gitu. Bener sih." Aku permisi dan duduk agak jauh dari perempuan itu. Aku sulut sebatang rokok sambil menikmati kopi panas.
Tersisa kopi setengah gelas, Aku melanjutkan menulis papan data yang menjadi tugas pokokku KKN. Aku dapat KKN di Desa Tuban. Kebetulan saat itu Desa Tuban dipercaya untuk mengikuti lomba desa. Entah mengapa, Aku dipercaya untuk menulis data di setiap dusun.
"Permisi, Aku ngambil papan sebentar." Entah mengapa papan data ada di tembok sebelah gadis itu duduk.
"Ya, silahkan Kak. Mau nulis ya?" Tanya perempuan itu dengan suara yang renyah.
"Hanya melanjutkan Dik. Kemarin sudah selesai sebagian."
Hanya segitu. Tidak ada lagi pembicaraan. Padahal Aku ingin perempuan itu bertanya lagi. Tiba-tiba kakak Mirah keluar dari ruangan sudah rapi. Ditangannya kulihat map plastik warna hijau.
"Dik, Wawan. Kakak mau ke kantor desa sebentar. Kemarin janjian sama pak kades untuk mengoreksi pembukuan kas desa. Titip adik di sini."
"Silahkan Kak Mirah. Hati-hati."
Kakak Mirah mengambil motornya. Yamaha 75 warna merah. Di tahun itu, tahun 1985, sudah sangat bagus. Aku sendiri tidak punya motor.