"Biasa, ketemu teman-teman di jalan melepas kangen."
"Berisi minum kan?"
"Kalau iya, gimana sih? Bertemu seperti itu minuman dan rokok temannya. Suasana akan tambah akrab dan asik."
Rani tidak mau melanjutkan pembicaraan. Ia tak mungkin meredam ego suaminya kalau sudah seperti ini. Padahal Rani merasa curiga. Betapa tidak kehangatan yang ia dapatkan selama ini dari Teo berubah hampir seratus derajat. Kamar yang dulunya sumringah, kini tidak lebih dari onggokan yang membisu
Sebagai perempuan intuisi rasa curiganya dan cemburu tumbuh di hati. Tidak hanya pada gerak gerik, sikap Teo, tapi kehangatan itu terasa sudah hilang. Apalagi gara-gara bau farfum di baju Teo, pernah menjadi biang kerok keributan.
Rani tahu persis farfum yang menjadi kesukaan suaminya Teo. Dan sering kali Ranilah yang memberikan. Tapi malam minggu lalu, setelah Teo bilang keluar dengan temannya, Rani mencium bau farfum....di tubuh suaminya Teo. Ia mencoba bertanya. Tapi apa yang dia dapatkan? Suara dempratan dan kata-kata mengusir keluar dari mulut Teo. Rani terdiam. Ia tak ingin anaknya mendengar perkelahian malam itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H