Apakah Aku Masih Bisa Sekolah?
"Rio, kamu tidak sekolah?" Tanya Lina ketika melintss di depan rumah Rio.
"Tidak Lina. Aku harus membantu ayah memperbaiki perahu dan jaring."
"Emang kamu bisa? Kan masih kecil. Tenagamu tidak akan kuat."
"Ya, gimana lagi. Saat pasang air laut siang nanti, Ayah harus melaut. Kalau tidak, Ibuku tidak bisa beli beras."
"Ya, sudah. Lina berangkat sekolah dulu Rio. Kamu hati-hati ya."
Lina diam sejenak. Ia memperhatikan Rio yang kelihatan cemas. Mungkin karena ia tidak sekolah atau kasihan kepada ayahnya yang masih kelihatan belum sehat.
Keluarga Rio adalah keluarga nelayan. Sama seperti penduduk sekitarnya, kebanyakan rumah mereka ada di dekat laut. Bentuk bangunan sangat sederhana. Ini diaebabkan penghasilan mereka sedikit. Kebanyakan hanya memiliki perahu kecil yang hanya bisa ditengah laut palinh satu malam.
Rata-rata anak-anak di sini tamatan SMP. Itu pun karena di kampung pesisir ini didirikan SMP satu atap untuk menampung agar anak-anak bisa dekat dan mau sampai tamat SMP.
Termasuk Rio. Ia sekolah SMP sebenarnya karena terpaksa, walau Rio suka sekolah. Ketua kampung melarang warganya tidak menyekolahkan anaknya sampai SMP.
"Rio. Ambil amplas ya. Lalu amplas badan perahu yang baru bapak betulkan. Setelah itu di plamur. Nanti Ayah yang ngecet."
Rio mengangguk. " ya Ayah." Lalu mendekat ke perahu.
Terlihat wajah yang disengat matahari dipenuhi oleh keringat.
Begitulah nasib Rio. Ia duduk merenung. Apakah nanti aku masih bisa sekolaj? Air matanya meleleh di pipi seperti air keringat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H