Mohon tunggu...
Nyoman Sarjana
Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Melukis Hatimu Talisa

22 April 2024   19:58 Diperbarui: 22 April 2024   20:00 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku Melukis Hatimu Talisa

"Ya, menghadap kesamping dikit. Ya begitu. Tolong rambutnya disingkapkan biar matanya lebih kelihatan. Nah pas. Senyum dikit biar tambah manis."

"Uuuh, repot banget sih. Cuman melukis." Kata hati Talisa setelah selesai mengambil pose untuk lukisannya. Ia duduk di atas korsi kayu panjang. Sambil menikmati es jeruk, Talisa memperhatikan tempat Jefri melukis.

Sesuai namanya, Bengkel Seni. Studio melukis ini betul-betul memiliki tampilan aneh tapi unik. Ranting-rantik berdiri dan tertempel dibanyak tempat. Juga benda2 terbuat dari kayu dan batu menambah kesan angker. Sementara di rak pajangan beragam jenis botol minuman keras terpajang.

Talisa mendekati Jepri yang sedang menyelesaikan lukisan wajahnya. Ia heran rokok di bibir Jefri tak henti menyala.

"Masih lama Mas?"

"Mungkin ya." Jawab Jefri singkat karena ia fokus melukis.

"Kok, mungkin? Mas kan sudah terbiasa melukis."

"Kali ini aku dapat model yang berbeda dari biasa."

"Apanya yang beda?"

"Pribadi dan cerewetnya."

"Uuh, ngaco Mas nya. Emang Aku perempuan cerewet? Kan Mas yang cerewet nyuruh aku gana.., gini... Tadinya sih Aku bosen."

"Jujur, aku katakan baru kali ini aku melukis perempuan cantik yang ekspresif." Jawab Jefri sambil sesaat memandangi Talisa.

Talisa jadi salah tingkah. Ia juga tak mampu menyembunyikan getar yang muncul di dadanya. "Apakah aku jatuh hati?" Pikirnya.

Belum sempat bicara banyak, tiba-tiba Mama Talisa sudah ada disampingnya.

"Masih lama Sa? Mama ada janjian di Kuta dengan kolega bisnis. Bisakah nanti dibawakan ke Kuta."

"Mas, itu kata Mamaku." Bisa kan Mas bawa lukisan dari Ubud ke Kuta. Walau nambah ongkos." Talisa seolah merayu.

Sambil menghisap rokoknya Jefri menjawab.
"Bukan masalah bisanya. Aku biasa jualan ke Kuta.Tapi Aku tidak terbiasa membawakan model. Apalagi dia perempuan."

Talisa merenung. "Masuk akal sih ya? Pelukis seganteng dan sepinter Dia tidak pernah dekat perempuan."

"Mas, kali ini bantu saya ya. Biar Mama tidak terlambat. Mohon yaa..ini nomer hanpone ku. Nanti dihubungi ya." Talisa seolah memelas.

"Baiklah. Demi Kamu Talisa"

"Uuuh, Dia panggil namaku," perasaan Talisa sedikit galau. Siapa sih lelaki ini ya?

Ternyata ren car yang disewa Mama sudah datang.Talisa harus berpisah dari Galeri lukisan di Ubud yang masih menyimpan misteri. Talisa melambaikan tangannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun