"Pribadi dan cerewetnya."
"Uuh, ngaco Mas nya. Emang Aku perempuan cerewet? Kan Mas yang cerewet nyuruh aku gana.., gini... Tadinya sih Aku bosen."
"Jujur, aku katakan baru kali ini aku melukis perempuan cantik yang ekspresif." Jawab Jefri sambil sesaat memandangi Talisa.
Talisa jadi salah tingkah. Ia juga tak mampu menyembunyikan getar yang muncul di dadanya. "Apakah aku jatuh hati?" Pikirnya.
Belum sempat bicara banyak, tiba-tiba Mama Talisa sudah ada disampingnya.
"Masih lama Sa? Mama ada janjian di Kuta dengan kolega bisnis. Bisakah nanti dibawakan ke Kuta."
"Mas, itu kata Mamaku." Bisa kan Mas bawa lukisan dari Ubud ke Kuta. Walau nambah ongkos." Talisa seolah merayu.
Sambil menghisap rokoknya Jefri menjawab.
"Bukan masalah bisanya. Aku biasa jualan ke Kuta.Tapi Aku tidak terbiasa membawakan model. Apalagi dia perempuan."
Talisa merenung. "Masuk akal sih ya? Pelukis seganteng dan sepinter Dia tidak pernah dekat perempuan."
"Mas, kali ini bantu saya ya. Biar Mama tidak terlambat. Mohon yaa..ini nomer hanpone ku. Nanti dihubungi ya." Talisa seolah memelas.
"Baiklah. Demi Kamu Talisa"