Walau Yuli sulit melepas kepergian Boy, tapi perkataan Boy benar juga. Ia membiarkan Yuli pergi dengan saling melepas pegangan jemari. Tentu ada getar asmara yang sangat dirasakan Yuli.
Boy tersentak dari peristiwa itu. Ia masih menatap tulisan dari Yuli. "Apakah ini ungkapan perasaan Yuli padaku? Apakah dia mencintai doriku?"
Entah keberanian dari mana, Boy terus duduk sambil menulis pada selembar kertas. Ia tak lagi berpikir tentang hidupnya yang beda kelas dengan Yuli. Ia tulis saja apa yang ia simpan dalam hati.
"Kepada teman cantikku Yuli.
Aku tak lagi mampu sembunyikan perasaan cintaku padamu Yuli. Jarak yang seolah aku jaga selama ini hanyalah ketidakberdayaan Aku meyakinkan diri, kau tak mungkin mencjntaiku. Tapi kali ini aku pasrah. Aku katakan sejujurnya. AKU CINTA KAMU YULI. Dari aku yang merindu, Boy."
Boy membaca tulisannya lagi. Lalu dia masukkan ke dalam amplop. Ia memastikan hari senin lusa, buku catatan bersama surat itu akan sampai di tangan Yuli.
Hari senin pun tiba. Hari ini tidak ada uapacar karena ujian praktek masih berlangsung.
Pagi-pagi Boy sudah datang ke sekolah. Boy seperti bermata jalang. Ia awasi kehadiran Yuli. Tidak berselang lama Yuli pun datang. Boy sedikit berlari mendekati Yuli.
"Yuli, maaf ini buku catatanmu. Aku temukan di gang. Hati-hati ya, ada isi di dalamnya. Yuuk." Boy harus cepet-cepetan. Takut kalau Yanto melihat.
Ujian praktek, terus berlangsung. Kurang lebih jam 10, siswa kelas 9 sudah selesai ujian. Mereka pulang kerumah masing-masing.
Sampai di rumah. Yuli tidak menyia-nyiakan waktu. Ia buka surat Boy.
Dibacanya pelan. Hatinya sangat berbunga. Yang ia nantikan sejak lama ternyata mendapat jawabnya.
"Terimakasih Boy. Terimakasih sayang. Ternyata buku catatan itu adalah jalan mengantar jalan bahwa Aku dan Kamu saling mencintai" kata hati Yuli sambil mencium kertas surat itu.