"Ndak Boy. Aku pingin duduk aja. Toh besok hari tenang. Kan nanti malam minggu."
Boy terbengong. Tapi kenapa Yuli tidak bangun? Sementara Yuli juga berusaha menahan rasa sakit. Ia merasa tak perlu memperlihatkan sama Boy. Pasti ia kayak lalu. Cuek saja. Ia tak pernah membaca isyarat dan perasaan Yuli.
"Mari kita pulang, sudah sore."
Tumben Boy menjulurkan tangannya. Tentu hati Yuli sangat senang. Ia pun menjulurkan tangannya. Ketika Boy menarik tangan Yuli.
"Aduuuuh, sakiiit...."Yuli menahan sakit di kakinya. Ia hampir terjatuh, kalau saja Boy tidak segera merangkulnya.
"Yulii.., kakimu sakit ya? Kok tidak dari tadi bilang? Maaf ya, aku terpaksa merangkulmu biar tidak terjatuh."Kata Boy. Ia terlihat sedih juga setelah mengetahui kaki Yuli keseleo.
"Tinggalkan saja aku Boy. Bentar pasti orang tua ku datang karena aku belun nyampe di rumah." Air mata Yuli sedikit menetes karena menahan sakit.
"Tidak Yul. Aku harus mengantarkan mu pulang. Tidak mungkin kamu jalan sendiri. Tahan dikit ya. Aku akan papah kamu."
Ini yang ditunggu Yuli. Walau ia tahu kakinya akan sakit, tapi kerinduan agar Boy tahu perasaan Yuli yang berharap Boy mencintainya terasa diobati.
Boy pun dengan sigap memapah Yuli. Jarak rumah Yuli dengan sekolah sekitar 200 meter hari ini terasa sangat dekat. Merekapun sampai di rumah Yuli.
"Yuli, aku tidak lama ya. Aku malu nanti dilihat orang tua mu. Aku kan teman biasa yang belum dikenal oleh orang tuamu."