"Kakak Salam, bagaimana hidup kita nanti ya. Buah-buahan sudah mulai habis. Kita kan harus makan. Aku takut mati kelaparan." Kata adiknya Salim sambil menangis.
Salam merasa sedih melihat adiknya menangis. Sambil mengelus ekor adiknya Salam berucap.
"Sabar adikku. Kalau kita berusaha, pasti ada jalan. Ayo kita nyebrang bebukitan ini. Semoga hutan di sana masih lebat."
Salim mengangguk. Mulailah Salam dan Salim melakukan perjalanan yang cukup jauh. Sepanjang jalan yang dilalui, hampir semua tanaman mengering. Daun-daun rontok berguguran.
"Kakak masih jauh? Aku lapar sekali. Belum makan apa-apa."
"Sabar adikku. Kita berdoa dan berusaha. Pasti akan dapat makanan."
Hingga hampir menjelang malam, kera Salam dan Salim melihat lembah. Mereka menuju tempat tersebut. Mereka sangat senang karena ada kubangan mata air. Mereka berlompatan dan sampai pada kubangan tersebut. Salam dan Salim minum sebanyak-sebanyaknya.
Tak lama mereka mendengar raungan Macan."Ayo cepat Salim. Melompat. Jangan sampai diterkam."
Baru sekitar dua meter di dahan Macan itu mendekat. Pohon tempat mereka bertengger digoyang-goyang. Salam dan Salim menggigil ketakutan. "Semoga Aku bisa bertahan." Pikirnya.
Malampun tiba. Macan itu pergi. Kera Salam dan Salim akhirnya bermalam di hutan tersebut. Mereka tidur sangat nyenyak walau udara terasa panas.
Baru bangun kera Salam dan Salim terkejut. Ternyata matahari sudah cukup tinggi. Berarti hsri sudah siang.
"Kak, bangun. Sudah siang. Nanti kita kemalaman lagi."
Salam terkejut dibangunkan oleh adiknya. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan. Mereka berlompatan dari pohon satu kepohon lainnya.
"Adikku, perjalanan kita semakin dekat. Tuh, lihat. Sudah nampak tanaman yang daunnya hijau. Berarti daerah disitu, tanaman masih bagus. Berarti buah masih bagus juga. Ayo semangat."