Utari makin tak ngerti. Siapa sebenarnya orang ini. "Mengapa ia tahu Rio kena kasus narkoba?" Pikirnya.
"Darimana Bapak tahu Rio kena kasus narkoba? Bukankah dia belum terbukti?"
Sambil menunjukkan senyum sinis, lelaki itu berkata.
"Ah, Mbak tidak tahulah permainan. Jaman sekarang, apa yang tidak bisa dipermainkan."
Utari makin tak mengerti. Ia lama terbengong. Sebelum mengutarakan sesuatu, lelaki itu meneruskan ucapannya.
"Begini saja Mbak. Sediakan sejumlah uang, saya akan atur hukuman yang menjerat Rio. Ini nomor yang bisa Mbak hubungi."
Lelaki itu menyerahkan kartu, lalu permisi meninggalkan Utari.
Sesaat Utari sadar, Rio sendirian diruangan. Ia bergegas keruangan. Didapatinya Rio meringis. Mungkin dia sudah mulai merasakan sakit. Utari mengepal tangan Rio.
Dalam suntuk menunggu Rio kekasihnya, Utari teringat apa yang disampaikan lelaki tadi.
"Semua bisa diatur." Alangkah kejamnya dunia ini. "Tapi apapun yang terjadi Aku tetap menyayangi Rio." Pikir Utari sambil memijit tangan Rio.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H