"Tapi Aku ingin mandiri Ma. Nanti kalau tak mampu Aku pasti mau."
Mulai saat itulah ibunya yang keras mulai menjauh. Ia lebih memberi perhatian kepada adik perempuan.
Akhirnya Ridho minggat ke Bali. Di Bali Ridho mengontrak sebuah toko di Kuta untuk menjalankan usaha.
Hari-hari sepi dalam kesendirian, Ridho mulai mencoba gaya hidup di Kuta. Kuta dengan beragam tamu manca negara, pastilah diwarnai oleh kehidupan dugem.
Hingga suatu saat Ridho mabuk berat disebuah cafe. Kala itu perempuan yang biasa menemani menunggu sampai subuh. Namanya Fitri.
Walau Fitri perempuan malam, tapi itu bukan cita-citanya. Fitri hanyalah perempuan lemah yang dipermainkan oleh lelaki yang dicintainya.
Setelah lama bergaul, tumbuh rasa cinta Ridho kepada Fitri. Ridho merasa mendapatkan kasih sayang yang sesungguhnya yang dia harapkan.
Hingga suatu saat. "Fitri, aku ingin menikahimu." Kata Ridho singkat.
"Ridho, itu tak mungkin. Itu tak mungkin." Hanya kata itu yang terucap atas ketidak percayaan perkataan Ridho.
"Apa yang tidak mungkin? Aku sangat mencintaimu Fitri. Kamu berbeda dari perempuan lain."
"Ridho..., Aku tetap saja kupu-kupu malam. Manalah mungkin orang sebaik kamu, seberadab kamu akan rela keluarganya menerimaku."