Aku yang Lemah
DN Sarjana
"Lebih baik aku disini Mas! Aku akan lebih tenang menjaga buah hati Mas, dari pada Aku tak kuasa menerima hujatan mertuaku."
Fitri berkata, sambil mengelus perutnya yang sudah tampak bulat. Kata tetua kandungan 8 bulan memang terlihat bulat karena sebentar lagi akan lahir.
"Tapi..., Aku suamimu tak tega melihatmu berada ditempat seperti ini. Ibu perlu tempat yang lebih nyaman. Bukan disini."
"Mas Ridho. Tempat ini jauh lebih nyaman bagiku. Walau ramai penghuni, tapi mereka semua orang-orang baik. Tidak seperti di rumahmu."
Ridho menarik nafas panjang sambil memegangi perut Fitri. Terasa janin itu menendang-nendang. Ridho merasa senang. Tapi Ridho juga merasa sangat sedih mengapa semua ini terjadi.
Ia paham Fitri pasti sakit hati, ketika ibunya sering kali menghujat Fitri. Apalagi mengeluarkan kata-kata perempuan mantan pelacur.
Ridho teringat masa lalunya, ketika ia kehilangan jati diri. Walau hidup dalam lingkungan keluarga berada, tapi hari-harinya terasa sepi.
"Ma, Aku, berhenti kuliah di Jakarta. Aku ingin merantau ke Bali. Rasanya ilmu bisnis yaang saya dapatkan, sudah cukup sebagai bekal."
"Apa katamu Ridho? Kamu laki-laki cengeng. Cukup kamu ambil alih satu perusahan Papamu, hidupmu sudah lebih dari cukup."