"Tapi akan bisa terjadi Ma. Aku sudah muak dengan kelakuan Fredy." Fitri diam sejenak.
"Maksudmu gimana Fitri. Mama yang sudah tua, tak pernah tahu kamu punya masalah. Kamu baik-baik saja."
"Ya, karena Mama tidak tahu membaca chat wa."
"Ooo, maksud Fitri itu. Coba kalau tidak ada hp seperti jaman Mama dengan Ayahmu, kan baik-baik aja. Sampai Mama punya anak lima. Cucu Mama punya banyak."
"Ah, Mama. Itu dulu. Mama pasti tidak tahu bagaimana ayah di kantor."
"Ah, Fit.., Fit. Apa Mama harus tahu urusan ayahmu di kantor? Bisa-bisa kamu tidak makan."
Fitri terdiam. Mamanya meneruskan ucapannya. Semasih ikatan cinta yang tulus dan suci dipegang kuat, tak kan ada yang mampu menggoda.
Fitri merenung, sambil mencuci baju anaknya. Apa yang diucapkan oleh Mama, memang benar adanya. Semasih kepercayaan itu bertumbuh, mengapa cemburu harus aku pelihara. Bukankah itu akan membuat aku sakit hati?
Dan tangis si mungil menyadarkan Fitri bahwa cinta harus terjaga demi buah hatinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H