Mohon tunggu...
Nyoman Payuyasa
Nyoman Payuyasa Mohon Tunggu... Editor - penulis

hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Seni

Film Mahakarya Lango untuk Pelestarian Seni Tradisi

21 Oktober 2022   21:19 Diperbarui: 21 Oktober 2022   21:47 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Indonesia merupakan negara yang kaya warisan seni dan budaya, sehingga menghasilkan banyak warisan kebudayaan kebendaan maupun warisan kebudayaan tak benda. 

Menurut Hamzah (2004) warisan kebudayaan kebendaan merupakan berbagai hasil karya manusia baik yang dapat dipindahkan maupun tidak dapat dipindahkan termasuk benda cagar budaya.

Sedangkan warisan kebudayaan tak benda adalah warisan budaya yang dapat ditangkap oleh panca indera selain indera peraba serta warisan budaya yang abstrak / tidak dapat ditangkap oleh panca indera misalnya adalah konsep-konsep dan ilmu budaya.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia melaporkan per Juni 2020 sebanyak 9.770 warisan budaya tercatat dan 1.086 diantaranya telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB). 

Berdasarkan data hingga tahun 2019 tercatat sebanyak 43 kesenian di Bali sudah terdaftar sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda oleh UNESCO, diantaranya tari Rejang; tari Sanghyang Dedari; tari Baris Upacara; tari Topeng Sidhakarya; Dramatari Gambuh; Dramatari Wayang Wong; Legong Kraton; Joged Bumbung; Barong Ket, dan lain sebagainya.

Namun, dalam upaya pelestarian dan pengajegan seni budaya tersebut harus melalui perjuangan gigih. Dewasa ini seni dan budaya terutama seni tradisional mengalami situasi yang mengkhawatirkan. 

Banyak masyarakat kurang literasi tentang informasi warisan budaya tak benda tersebut.

Berdasarkan survei nasional September 2021 oleh indikator publik terkait isu yang menjadi kekhawatiran anak muda, lunturnya nilai dan budaya tradisional merupakan salah satu yang paling dikhawatirkan. 

Hal ini bukan tanpa alasan mengingat zaman globalisasi kini membuat ruang pertukaran budaya terbuka lebar. Seni budaya tradisional mengalami gempuran tiada henti dari budaya barat.

Sebenarnya jika kita memandang kritis terhadap situasi yang terjadi saat ini, tanpa membaca berita pun kita sudah dapat menangkap fenomena betapa mengkhawatirkannya pewarisan seni-budaya saat ini. 

Para generasi dari berbagai lapisan masyarakat sedang digandrungi dengan media-media yang sarat dengan budaya modern. 

Sebut saja beberapa aplikasi yang saban hari diuntit, seperti Tiktok, Instagram, Facebook, Youtube, dan lain sebagainya adalah media-media yang di dalamnya menawarkan konten budaya global. 

Hal ini harusnya mendapat perhatian lebih dari berbagai lapisan masyarakat untuk memiliki nilai kesadaran dan melestarikan sebuah seni budaya tradisional. 

Berkaitan dengan pelestarian seni budaya lembaga pendidikan memiliki peran penting guna mewariskan bentuk dan nilai seni tradisi kepada generasi penerus bangsa lewat bangku perkuliahan. 

Sebut saja salah satu perguruan tinggi seni di salah satu daerah yang sering disebut rumahnya seni budaya tradisi bertumbuh, yaitu Institut Seni Indonesia Denpasar. 

ISI Denpasar merupakan perguruan tinggi seni di Bali yang berlandaskan pada nilai-nilai kearifan lokal dan berwawasan kebangsaan demi memperkaya nilai-nilai kemanusiaan. 

Kiprah Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar mencetak seniman-seniman andal berkarakter dan bertanggung jawab utuh untuk menjamin kelestarian seni dan budaya--khususnya budaya khsusnya Bali--melalui seniman dan budayawan yang lahir dari ruang pendidikan lembaga ini.

Hadirnya perguruan tinggi seni seperti Institut Seni Indonesia Denpasar dapat memberi harapan baik atas permasalahan di atas.

Peran perguruan tinggi dalam mengajegan seni budaya bisa dilakukan lewat berbagai cara salah satu penciptaan media untuk "kampanye". Media kampanye ini bisa dibuat dalam bentuk audio visual. 

Seperti salah satu karya audio visual yang telah rampung di produksi di tahun 2022 ini berjudul Mahakrya Lango. Mahakrya Lango adalah salah satu film pendek yang diproduksi oleh pendidik dari Institut Seni Indonesia Denpasar.

Film ini disutradarai oleh Ida Bagus Hari Kayana Putra, dengan tim produksi lain Ketut Herry Budiyana (produser), Nyoman Lia Susanthi (line produser), Nyoman Payuyasa (penulis naskah). Film ini melakukan kolaborasi secara lintas prodi dengan mengajak anak dari prodi tari untuk ikut bergabung untuk merampungkan film Mahakrya Lango.

Film Mahakrya Lango selesai melalui tiga tahapan produksi mulai praproduksi, produksi, dan pascaproduksi. Setelah melalui proses editing film ini rampung dengan durasi 10.41 detik. 

Perwujudan dalam film Mahakrya Lango dimulai dari penentuan set lokasi yang dipilih, seperti Danau Tamblingan untuk memvisualkan air sebagai sumber kehidupan, air terjun untuk memaknai kelenturan dan kedinamisan, serta lokasi Pantai untuk menggambarkan perayaan. 

Alir air ini adalah sebuah simbol yang dipilih untuk melihat dan memaknai beberapa hal dalam ruang kehidupan dan keseni-budayaan di Bali. Air di Bali tidak hanya semata-mata sebagai sumber kehidupan, tetapi juga memiliki makna secara spiritual.

Air dalam konteks penciptaan karya seni juga divisualkan dalam film ini melalui gambar deburan ombak. Deburan ombak dalam visual film dimaknai sebagai sebuah perayaan dan perjuangan atas segala bentuk kesenian. 

Gambar air terjun juga adalah salah satu bentuk kedinamisan, kelenturan, sekaligus kekerasan yang menjadi satu kesatuan utuh. Air selalu memberikan tawaran dan inspirasi dalam berkarya. Air selalu hadir melalui karakter, simbol, bahkan hadir secara nyata dalam sebuah karya.

Film ini juga memvisualkan beberapa adegan Tari Siwa Nataraja yang memberi pemaknaan hadirnya ISI Denpasar untuk melestarikan seni budaya dalam setiap ruang gerak dan waktunya. 

ISI Denpasar dalam hal film menjadi tokoh pengajegan seni budaya yang juga dapat dirasakan dalam narasi yang dibacakan oleh narator. Film ini diharapkan dapat menjadi media pengingat dan pendorong generasi muda untuk ambil andil secara utuh dalam pengajegan seni budaya. 

Sebagai tambahan informasi film Mahakrya Lango juga telah didesiminasi atau di-screening di Gedung Dharma Nagara Alaya (DNA) Denpasar dan mendapatkan sambutan serta apresiasi positif dari penonton.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun