Perwujudan dalam film Mahakrya Lango dimulai dari penentuan set lokasi yang dipilih, seperti Danau Tamblingan untuk memvisualkan air sebagai sumber kehidupan, air terjun untuk memaknai kelenturan dan kedinamisan, serta lokasi Pantai untuk menggambarkan perayaan.Â
Alir air ini adalah sebuah simbol yang dipilih untuk melihat dan memaknai beberapa hal dalam ruang kehidupan dan keseni-budayaan di Bali. Air di Bali tidak hanya semata-mata sebagai sumber kehidupan, tetapi juga memiliki makna secara spiritual.
Air dalam konteks penciptaan karya seni juga divisualkan dalam film ini melalui gambar deburan ombak. Deburan ombak dalam visual film dimaknai sebagai sebuah perayaan dan perjuangan atas segala bentuk kesenian.Â
Gambar air terjun juga adalah salah satu bentuk kedinamisan, kelenturan, sekaligus kekerasan yang menjadi satu kesatuan utuh. Air selalu memberikan tawaran dan inspirasi dalam berkarya. Air selalu hadir melalui karakter, simbol, bahkan hadir secara nyata dalam sebuah karya.
Film ini juga memvisualkan beberapa adegan Tari Siwa Nataraja yang memberi pemaknaan hadirnya ISI Denpasar untuk melestarikan seni budaya dalam setiap ruang gerak dan waktunya.Â
ISI Denpasar dalam hal film menjadi tokoh pengajegan seni budaya yang juga dapat dirasakan dalam narasi yang dibacakan oleh narator. Film ini diharapkan dapat menjadi media pengingat dan pendorong generasi muda untuk ambil andil secara utuh dalam pengajegan seni budaya.Â
Sebagai tambahan informasi film Mahakrya Lango juga telah didesiminasi atau di-screening di Gedung Dharma Nagara Alaya (DNA) Denpasar dan mendapatkan sambutan serta apresiasi positif dari penonton.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI