Mohon tunggu...
Nyimas Yovitaf
Nyimas Yovitaf Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Bengkulu

Mencari hal baru itu menyenangkan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 2022. Apakah bisa menghadapi resesi 2023?

8 Desember 2022   20:50 Diperbarui: 8 Desember 2022   21:23 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada pertumbuhan ekonomi triwulan III 2022 yang mencapai 5,72%  dibandingkan triwulan sebelumnya 5,44%. Hal ini sebab adanya peningkatan konsumsi rumah tangga dan peningkatan kinerja ekspor yang mengakibatkan permintaan barang meningkat, perusahaan menambah produksi serta meningkatkan jasa yang akhirnya mengurangi pengangguran (BPS, 2022).

Peningkatan konsumsi ini meningkatkan perekonomian Indonesia yang mencapai 5,4%.  Pertumbuhan ekspor tercatat semakin tinggi sebesar 21,64% ditopang oleh permintaan mitra dagang primer yang tetap kuat serta kebijakan akselerasi ekspor minyak kelapa sawit. Ditunjukkan dengan adanya surplus neraca perdagangan sebesar 5,67 miliar dolar AS (BI, November 2022).

Pertumbuhan ekonomi juga ditopang dari beberapa lapangan usaha seperti pertambangan, pertanian, industri pengolahan, dan perdagangan, serta peningkatan wisatawan juga meningkatkan lapangan usaha dibidang transportasi dan  akomodasi dengan pertumbuhan tertinggi pada daerah Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua), diikuti Bali-Nusa Tenggara (Bali Nusra), Jawa, Kalimantan dan  Sumatera (BI, November 2022).

Pertumbuhan ekonomi juga karena kebijakan yang diambil oleh pemerintah saat pemulihan Covid-19 yang berfokus di kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Kebijakan yang diambil mempunyai satu tujuan yaitu agar PDB mengalami peningkatan, menjaga inflasi dan  mengurangi pengangguran (Kemenkeu, 2021).

Menurut saya, pertumbuhan ekonomi di era gempuran pemulihan Covid-19 ini adalah hal yang positif untuk posisi perekonomian Indonesia di dunia. Walaupun masyarakat mengalami krisis harga bahan pangan dan  BBM, tetapi hal ini tetap bisa ditangani oleh pemerintah. Dibuktikan pertumbuhan ekonomi kita pun konsisten meningkat pada angka 5%  dan  permintaan terhadap bahan pangan dan  BBM tetap meningkat, karena bahan pangan dan BBM adalah hal yang sehari-hari dipergunakan masyarakat.

Bisa disimpulkan penyebab perekonomian kita membaik dikarenakan;

1.         Jumlah penduduk yang banyak. Jumlah penduduk yang banyak sangat berpengaruh terhadap sisi konsumtif, semakin banyak jumlah penduduk maka konsumsi juga semakin semakin tinggi.

2.         Sumber daya alam yang memadai. Sebagai akibatnya krisis bahan pangan dan  energi dampak perang Rusia-Ukraina tetap mampu kita hadapi.

3.         Pemerintah melakukan fungsi shock absorber agar peningkatan inflasi tidak terlalu melonjak tinggi (Menteri Keuangan, 2022).

4.         Nilai ekspor surplus dengan sumbangan terbesar dari ekspor nonmigas (BI, 2022).

5.         Kebijakan yang diambil pemerintah (Kemenkeu, 2021).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun