3. Berani Menolak Permintaan.
Salah satu penyebab seseorang menjadi people pleaser adalah ketidak beranian untuk mengatakan tidak pada orang lain. Mulai sekarang, kamu harus berani mengatakan tidak, terutama jika orang lain memiliki permintaan yang merugikan diri sendiri. Menolak dapat dilakukan secara baik-baik atau tegas.
4. Jangan Ingin Terlihat Baik di Mata Orang.
Jangan ingin terlihat baik di mata orang lain, tetapi berujung merugikan diri sendiri. Kamu sendiri harus bisa membedakan mana yang baik, dan mana yang hanya dimanfaatkan karena terlalu baik.
5. Tidak usah minta maaf jika tidak perlu.
Kamu memang harus meminta maaf jika membuat kesalahan. Namun, bukan berarti kamu harus meminta maaf setiap saat; apalagi jika kesalahan tersebut bukan terletak pada kamu. Karena, kebiasaan meminta maaf yang seharusnya tidak perlu adalah ciri dari seorang people pleaser. Dengan menghentikan kebiasaan ini, kamu telah mengambil satu langkah yang baik dalam upaya berhenti menjadi seorang people pleaser.
6. Tidak usah terlalu di pikirkan.
Overthinking alias memikirkan yang tidak perlu tidak akan membantu Anda berhenti dari kebiasaan menjadi people pleaser. Justru, overthinking dapat memperparah kebiasaan ini. Oleh sebab itu, cobalah untuk berpikir secara rasional. Misalnya jika Anda harus menolak tawaran atau ajakan orang lain karena tidak punya waktu dan energi, ya sudah, tolak saja. Anda tentu sangat berhak untuk menolak jika situasi dan kondisi tidak mendukung. Jangan lantas malah berpikir yang tidak-tidak, misalnya, "Apakah ia tersinggung karena kutolak?" Masalahnya, orang lain belum tentu memikirkan hal yang sama dengan apa yang Anda pikirkan. Apabila pertemanan Anda sudah cukup dekat dan teman mengerti kondisi Anda, penolakan Anda tidak akan merusak hubungan yang sudah terjalin.
"People pleaser" bukanlah diagnosis medis atau ciri kepribadian yang diukur oleh psikolog. Sebaliknya, ini adalah label informal yang digunakan orang untuk menggambarkan berbagai perilaku.
Tapi, Jika masalah ini sudah sangat mengganggu ketenangan jiwamu, jangan ragu untuk cari bantuan profesional untuk berkonsultasi, yaa..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H