Toko Kopi Luwak
Jangan terkecoh dengan nama Kopi Luwak pada toko ini karena tidak menjual kopi luwak sama sekali. Beroperasi sejak tahun 1930, toko kopi ini dulunya bernama Toko Cap Burung Kenari. Pak Lunardi Valanchie atau Xu Yilun mengatakan bahwa nama tersebut disematkan pada toko rintisan ayahnya karena dulunya ia memelihara burung kenari.
Sejak tahun 1970-an, pria yang akrab dipanggil Pak Yilun ini meneruskan usaha ayahnya, yang menjadikannya generasi ke-2 dalam keluarga. Kopi Luwak pun dijadikan nama toko menggantikan Kenari, yang dinilai lebih menjual karena popularitasnya saat itu ketika tokonya buka kembali tahun 2014 setelah kebakaran hebat.
Ia sempat merasakan kejayaan bisnisnya hingga merk-merk kopi lain bermunculan, termasuk kopi instant, yang menenggelamkan namanya. Namun, ia mengaku tetap dengan sabar berjualan di usia senja untuk menyambung hidup dengan profit sekitar Rp. 100.000-an per hari untuk makan.
Menggaji pegawai dinilainya menggerus keuntungannya yang tidak banyak. Maka ia bekerja seorang diri dan tak mampu melayani penjualan online atau mendistribusikan produknya ke toko atau restoran lain.
Kopi andalannya adalah kopi robusta dari Lampung, yang dibanderol mulai dari Rp. 120.000 per kilo. Kami mendapatkan sample kopi robusta hasil gilingan Pak Yilun yang aromanya begitu wangi hingga menembus kemasan kertas coklat dan plastiknya.
Mesin giling kopi milik Pak Yilun pun tergolong ikonik yang sudah dipakainya sejak tahun 1970-an dengan suara mesin diesel yang menggelegar meramaikan seluruh ruangan.
Selain itu, toko kopi ini juga menawarkan kopi arabika dan kopi jagung, alias oplosan kopi biasa dan jagung yang disangrai hingga hangus sebagai alternatif ngopi murah.