Jika hasil papsmear ada yang mencurigakan atau mengarah pada kelainan serviks, biasanya dokter spesialis kebidanan akan memberikan therapi dan menganjurkan pemeriksaan papsmear ulang 3 bulan berikutnya.
2. Pemeriksaan IVA
Pemeriksaan IVA adalah tes inspeksi visual asam asetat. Dengan melakukan pengamatan pada mulut rahim selama 3-5 menit setelah dilakukan pulasan asam asetat pada mulut rahim tersebut. Dugaan kanker serviks dapat dilihat pada hasil pulasan yang menunjukkan adanya  epitel, atau permukaan sel yang berwarna putih.
Sensitivitas pemeriksaan IVA hampir sama dengan papsmear yaitu 70%. Jika dicurigai adanya sel kanker , maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk menegakkan diagnosa kanker serviks.
3. Tes DNA HPV
Tes DNA HPV dapat dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan papsmear, karena menggunakan sekret mulut rahim sebagai sampel untuk diperiksa di laboratorium. Namun tingkat sensitivitas tes DNA ini mencapai 97%, lebih sensitif dibandingkan papsmear dan IVA.
4. Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan lanjutan untuk menegakkan diagnosa kanker serviks. Tindakan kolposkopi ini dapat dilakukan oleh dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan menggunakan mikroskop binokuler dengan cahaya terang. Jadi gambaran visual sel-sel pada mulut rahim dapat terlihat jelas, sehingga jika ada kelainan serviks bahkan kanker serviks bisa dideteksi secara langsung.
Jika semua perempuan indonesia memahami tentang cara deteksi dini kanker serviks tersebut, diharapkan tindakan preventif akan lebih cepat dilakukan sehingga mengurangi angka kejadian kanker serviks pada stadium lanjut, dan tingkat kematian perempuan akibat kanker serviks dapat ditekan secara maksimal.
Sedikit bercerita tentang penderita kanker servik, sejak tahun 2007 hingga 2018 saya sangat akrab dengan para penderita kanker serviks bahkan setiap hari saya bertemu dengan pasien-pasien tersebut karena kebetulan saya menjadi asisten praktik klinik seorang dokter spesialis ginekologi onkologi atau yang dikenal dengan dokter spesialis tumor dan kanker kebidanan. Banyak diantara mereka yang datang pada stadium lanjut dan begitu divonis menderita kanker mereka langsung drop. Apalagi ketika dokter menyatakan bahwa pengobatan yang harus mereka hadapi adalah radioterapi dan khemoterapi. Yang pertama kali terpikirkan di kepala para penderita kanker tersebut adalah efek dari pengobatan kemoterapi dan radioterapi.Â