Habis gelap terbitlah terang
Sederet kata yang selalu mengingatkan kita pada perjuangan seorang srikandi pendidikan Indonesia, Ibu Kartini. Beliau adalah sosok perempuan tangguh dan mandiri yang telah memperjuangkan pendidikan bagi perempuan di Indonesia. Berkat jasa beliau, kita saat ini dapat menikmati berbagai kemudahan dalam mengenyam pendidikan dan menjalankan berbagai profesi sesuai dengan keinginan kita.Â
Semangat Ibu Kartini ini ternyata menjadi inspirasi bagi perempuan di Indonesia. Salah satunya adalah sosok perempuan satu ini, namanya Ibu Yuliana Widyastuti atau dalam kesehariannya biasa dipanggil Bu Wid. Bagi para bidan di provinsi Sumatera Selatan tentunya nama ini tidak asing lagi, karena beliau adalah sosokseorang bidan senior yang tak  diragukan lagi profesionalitasnya.
Sepak terjang wanita tangguh ini berawal dari aktivitasnya membuka Klinik Bidan Praktek mandiri di salah satu sudut kota Palembang, yaitu Lebong Siarang.Â
Dulu pada tahun 1999, pada saat itu saya masih menjadi seorang mahasiswa kebidanan semester 4 yang ditugaskan praktik klinik di tempat beliau, pasien beliau sehari bisa mencapai lebih dari 50 orang.Â
Kami mahasiswa yang praktik disana sampai kelelahan menghadapi pasien yang tiada henti dari pagi hingga malam hari, belum lagi pasien yang akan melahirkan. Padahal saat itu beliau juga seorang Bidan PNS di salah satu puskesmas yang berada di kabupaten Banyuasin yang jaraknya kuarng lebih 1 jam dari Palembang.Â
Tiap hari beliau pulang pergi menjalankan tugasnya di Puskesmas dan juga melayani pasien di rumah, tapi tak pernah saya melihat raut muka beliau yang kelelahan. Beliau adalah sosok wanita yang mandiri dan energik.
Selama menjalankan tugasnya pun, beliau masih menyempatkan diri untuk melanjutkan kuliah hingga jenjang S2 Biomedik di Universitas Sriwijaya. Karena keinginan beliau untuk memajukan profesi kebidanan, maka pada tahun 2003 beliau juga mendirikan sebuah institusi pendidikan kebidanan swasta yang bernama Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang. Bersamaan dengan itu, beliau pun mengajukan perpindahan tugas dari Dinas kesehatan ke dinas pendidikan.Â
Berkat kegigihan beliau didunia pendidikan, pada saat ini Institusi yang dimilikinya tersebut sudah memiliki 4 cabang, yaitu Palembang, Prabumulih, Pangkal Pinang  dan Jambi dengan jumlah mahasiswa lebih dari 600 orang. Akbid budi mulia ini juga dilengkapi dengan fasilitas asrama yang dikelola langsung oleh beliau. Beliau juga aktif dalam berbagai organisasi kebidanan seperti IBI (Ikatan Bidan Indonesia) dan AIPKIND ( Asosiasi Pendidikan Kebidanan Indonesia ).
Saya ulas sedikit kenapa saya begitu mengagumi sosok beliau ini. Pada tahun 2013 s.d 2018 saya satu tim dengan beliau sebagai trainer di Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi. Beliau adalah salah satu Master Trainer pada jaringan tersebut, padahal beliau memiliki seabrek aktivitas lain di kampus maupun di kliniknya.Â
Di mata saya beliau adalah wanita pekerja keras, mandiri dan pantang menyerah. Bayangkan saja, beliau mampu mengelola klinik Budi Mulia Medika, Akademi Kebidanan Budi Mulia dan tetap menjalankan tugasnya sebagai PNS. Meskipun beliau mengatur semuanya melalui gawai tapi semua hal yang dilakukannya dapat berjalan dengan lancar.Â
Saya melihat beliau adalah tipe wanita mandiri karena kemanapun beliau pergi tidak pernah menggunakan jasa sopir, beliau selalu membawa kendaraan sendiri. Dan satu lagi yang membuat saya terkagum-kagum dengan sosok satu ini adalah, segala kebutuhan suami dan anak-anaknya beliau langsung yang melakukannya.Â
Sesibuk apapun beliau, sarapan pagi tetap beliau sendiri yang menyiapkan. Dan mungkin anda tidak percaya kalau dirumah beliau tidak ada pembantu rumah tangga, semuanya dikerjakan sendiri.
Beliau juga sosok wanita yang sederhana, meskipun beliau memiliki segalanya tapi tak pernah saya melihat beliau berpenampilan yang berlebihan. Saya ingat pesan beliau untuk saya " Tetaplah sederhana meskipun kamu memiliki segalanya, dengan begitu kamu akan mudah diterima dimanapun dirimu berada."Â
Ada suatu kejadian unik mengenai kesederhanaan beliau ini, pernah suatu ketika saya diajak beliau ke salah satu bank untuk mengurus ATMnya. Pada saat itu beliau mengendarai mobil operasional kampusnya, sehingga pada saat parkir ternyata juru parkirnya cuek saja melihat mobil yang kami gunakan. Alhasil kami pun muter sana-sini mencari tempat parkir karena pada saat itu bank dalam kondisi ramai. Beliau hanya tersenyum melihat juru parkir tersebut.Â
Keesokan harinya kami kembali ke bank untuk mengambil ATM beliau, dan beliau sengaja menggunakan salah satu mobil mewahnya. Begitu sampai di parkiran bank, dari jauh juru parkir tersebut langsung mengatur mobil kami untuk parkir di halaman bank.Â
Begitu beliau turun, juru parkir tersebut langsung mengenali kami " oh, ibu yang kemarin ya ". Bu wid hanya tersenyum saja dengan juru parkir tersebut sembari berkata dengan saya " manusia memang lebih sering melihat orang hanya dari penampilannya , kamu jangan pernah seperti itu ya fau ". Kata-kata beliau ini tak akan terlupakan sampai kapanpun.
Pada tahun 2015 beliau pernah menawarkan saya beasiswa pendidikan ke jenjang S2 di Jakarta melalui institusi yang dimilikinya, tapi pada saat itu saya lebih memilih menolaknya karena anak saya belum berumur 1 tahun.Â
Tahun berikutnya beliau menawarkan lagi beasiswa tersebut dengan saya, dan lagi-lagi saya bilang " maaf bu, anak saya masih kecil. Saya khawatir tidak bisa membagi waktu antara kuliah dan anak saya ". Namun beliau tidak menyerah dengan penolakan saya tersebut.Â
Suatu ketika beliau mengajak saya untuk ikut menjadi Tim Penguji Ujian Praktek di Kampusnya sembari memperkenalkan kepada saya tentang dunia pendidikan Kebidanan.Â
Sembari tersenyum, saya bergumam dalam hati "benar-benar tipe wanita pantang menyerah ". Berbagai cara beliau lakukan untuk menarik minat saya untuk menerima beasiswa itu, tapi pada akhirnya saya tetap menolaknya secara baik-baik, hingga akhirnya beliau pun menyerah dengan keputusan saya.
Saya melihat beliau adalah sosok srikandi pendidikan yang berjuang untuk memajukan pendidikan kebidanan terutama di Provinsi Sumatera Selatan. Dan ternyata bukan hanya itu, karena saat ini beliau pun telah terjun sebagai pengusaha retail dan properti. Berbagai properti seperti apartemen dan rumah milik beliau berada di beberapa kota di wilayah indonesia. Beliau tak hanya sukses dalam pekerjaannya akan tetapi berhasil juga mendidik anak-anaknya. Kelima anak-anaknya berprofesi sebagai dokter, polisi dan PNS.Â
Dari beliau saya belajar bahwa wanita Indonesia itu harus tangguh, mandiri, pekerja keras tanpa melupakan kodratnya sebagai seorang istri dan ibu dari anak-anaknya . Sebagai perempuan Indonesia, kita bisa berprofesi dibidang apapun dan mencapai kesuksesan yang setinggi-tingginya tapi jangan melupakan kewajiban kita.
Demikianlah segelintir kisah tentang Bu Wid , semoga dapat menginspirasi anda yang membacanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H