Mohon tunggu...
Nyayu Fatimah Zahroh
Nyayu Fatimah Zahroh Mohon Tunggu... Ilmuwan - Everything starts from my eyes

Coba sekekali lihat ke langit setiap hari, dan rasakan betapa membahagiakannya \r\n\r\nhttp://nyayufatimahzahroh.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Puasa Ketika Hamil, Amankah?

20 April 2016   11:28 Diperbarui: 13 Juli 2016   15:08 816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi: babycenter.com"][/caption]

“Dok, boleh ngga kalau saya puasa?”

Pertanyaan itu sebenarnya sudah terngiang-ngiang di kepala saya sejak beberapa minggu yang lalu. Sejak kontrol kehamilan terakhir, saya memang belum mau menanyakan pertanyaan ini karena saya masih merasa kurang kuat untuk menjalankan puasa. Hal ini tentu saja disebabkan oleh rasa mual yang saya alami di trimester pertama kehamilan.

Agak ragu memang untuk berniat menjalankan puasa karena dalam kondisi tidak puasa saja rasanya perut cepat lapar. Bawaannya ingin ngemil. Gimana bisa massa tubuh ini tidak bertambah? Bobot tubuh saya pada awal kehamilan (mulai sensitif dengan berat badan) sekitar 54 kg. Kata orang, berat badan saya ini masih tergolong normal dengan tinggi badan saya.

Seiring berjalannya waktu kehamilan berat badan saya pun meningkat hingga pada minggu ke-24 ini sudah naik 7 kilogram! Padahal bayi dalam kandungan diperkirakan massa tubuhnya sekitar 600 gram (kurang dari sepersepuluh dari kenaikan berat). Dengan mengetahui berat badan yang kian meningkat, bukan berarti saya mengurangi asupan makanan yang biasa saya konsumsi. Hanya saja saya mulai memilih-milih makanan yang tidak terlalu banyak gulanya.

Kenapa saya berkeinginan untuk berpuasa di masa kehamilan saya? Padahal, tidak berpuasa juga tidak apa-apa kan? Toh ini kan bukan bulan Ramadhan yang mewajibkan umat muslim untuk menunaikan ibadah puasa. Alasan yang pertama adalah saya masih punya tunggakan puasa di bulan Ramadhan tahun lalu.

Sempat menggantinya sebagian, namun sebagian lagi belum terpenuhi. Karena sudah menjadi kewajiban saya mengganti puasa, maka akan menjadi beban jika tidak disegerakan. Alasan kedua adalah untuk melatih saya berpuasa wajib di bulan Ramadhan yang akan datang.  Bulan Ramadhan ini (insya Allah) jatuh di awal bulan Juni dan berakhir di awal bulan Juli dan diperkirakan pada saat itu saya sedang hamil tua memasuki umur 8 bulan. 

Tentunya ada beban tersendiri bagi saya yang belum pernah menjalankan puasa di masa kehamilan. Jika saya membiasakan diri di trimester kedua ini untuk menjalankan puasa sunnah senin-kamis, insya Allah di bulan Ramadhan nanti saya sudah terbiasa. Alasan yang ketiga adalah untuk membiasakan kebiasaan baik kepada buah hati saya yang diajarkan sejak masih dalam kandungan. Insya Allah akan memberikan manfaat kebaikan tersendiri.

Kembali lagi ke pertanyaan yang saya ajukan kepada ibu dokter Farah Dina. Dengan gayanya yang murah senyum, bu dokter pun langsung menjawab tanpa basa-basi. Bu dokter membolehkan saya berpuasa senin-kamis di masa kehamilan saya sekarang ini karena sedang berada di masa kehamilan yang aman.

Adapun masa kehamilan yang sekiranya diperbolehkan untuk menjalankan puasa adalah sekitar 4-7 bulan atau sekitar trimester kedua. Kondisi kehamilan di trimester pertama dan ketiga tidak dianjurkan berpuasa karena pada trimester pertama si bayi memerlukan nutrisi yang cukup dan kondisi kehamilan yang masih belum kuat.

Si ibu pun masih mengalami morning sick, dimana asupan nutrisi sangat dibutuhnya. Sedangkan pada trimester ketiga ditakutkan tubuh si ibu tidak kuat/fit saat proses melahirkan karena nutrisi yang kurang. Namun, bu dokter menambahkan banyak ibu hamil yang tetap melaksanakan puasa di trimester 3, dan dalam kondisi baik-baik saja. Dalam hal ini yang harus diingat adalah kondisi kehamilan setiap orang berbeda-beda, jadi tetap harus konsultasi pada bidan/dokter masing-masing.

Alhamdulillah saya sudah menjalankan puasa sunnah walaupun baru dua kali dan keduanya full sampai adzan maghrib berkumandang. Dalam menjalankan puasa, saya pun tidak memaksakan diri. Dengan niat sepenuh hati, namun jika saya tidak kuat maka saya akan membatalkan puasa saya tersebut.

Saya juga mengajak bicara si bayi, kalau hari ini saya akan berpuasa dan menguatkan si bayi agar kuat hingga waktunya berbuka puasa. Alhamdulillah, selama saya menjalankan puasa saya tidak merasa lapar dan lemas. Padahal di hari-hari yang lain, saya selalu merasa lapar meskipun belum masuk jam makan. Semoga puasa sunnahnya bisa dilanjutkan, Aamiin.

Dalam Islam, ibu hamil dan ibu menyusui diberi keringanan dalam menjalankan puasa yaitu boleh tidak puasa atau membatalkan puasa dan menggantinya dengan puasa di bulan-bulan lain baik disertai dengan fidyah maupun tidak. Tentu saja dengan alasan si ibu merasa tidak mampu menjalankannya, atau demi kesehatan dan keselamatan janin.

Dikutip dari bidanku.com ada beberapa kasus dimana si ibu tidak diperkenankan untuk menjalankan puasa yaitu, menderita kencing manis/diabetes, hipertensi, pendarahan, dehidrasi, gangguan pencernaan, dan gangguan lainnya yang dapat memperburuk kondisi ibu hamil.

Ada beberapa tips untuk ibu hamil yang merasa kondisi badannya fit dan mampu menjalankan puasa. Ketika sahur diperbanyak minum air putih, minum susu ibu hamil, makan buah-buahan, dan makanan yang bernutrisi. Ketika berbuka dianjurkan dengan yang manis (dengan batasan tentunya) untuk meningkatkan gula darah, tidak langsung makan berat (bertahap), dan tetap dengan makanan yang bernutrisi.

Komposisi makanan seimbang adalah 50% karbohidrat (nasi, gandum, singkong, dll), 30% protein (daging ayam, daging sapi, tahu, tempe, dll) dan 10-20% lemak (minyak, kacang-kacangan, dll) dan sayur-sayuran. Semoga bermanfaat...

-----

Update:

Setelah mencoba puasa selama bulan Ramadhan full, dengan niat penuh untuk menunaikan kewajiban, ada manfaat lain yang saya dapatkan ketika menjalani puasa wajib di kehamilan bulan ke 8. Ketika kondisi bayi sedang naik berat badannya secara pesat, justru bobot badan saya tidak naik sama sekali selama sebulan. Sempat ada kekhawatiran jika berat badan bayi juga tidak naik. Ternyata, berat badan bayi cenderung naik (dengan bobot normal sesuai dengan umur kehamilan) dan alhamdulillah dalam kondisi sehat. Yang terpenting adalah ibu tetap mengatur pola makan dengan makanan yang sehat dan tidak mengurangi asupan makanan seperti sebelum puasa. Jangan lupa selalu diminum vitaminnya dan juga susu kehamilannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun