Stunting merupakan isu kesehatan yang berhasil mendapat perhatian dari berbagai kalangan masyarakat. Tidak hanya sektor kesehatan yang wara-wiri dalam pencegahan stunting loh readers, sektor pertanian dan 7 kementerian lembaga lainnya, serta organisasi non pemerintah pun ikut andil dalam program ini. Presiden Joko Widodo dalam menjalankan periode kedua sebagai Presiden Republik Indonesia memiliki program prioritas pembangunan sumber daya manusia, salah satu cara untuk mencetak generasi emas yang unggul yaitu dengan menekan angka kejadian stunting.
Segawat itukah stunting, sampai-sampai mendapat perhatian besar dari Pak Presiden?
Jawabannya adalah ya, yuk kita simak!
Apa itu stunting?
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis yang ditandai dengan tinggi badannya berada di bawah standar. Anak tergolong stunting jika tinggi badannya berada di bawah minus dua dari standar deviasi (-2SD) tinggi anak seumurnya. Singkatnya, untuk anak laki-laki berumur 1 tahun memiliki tinggi badan di rentang 67-70 cm bahkan kurang dari itu, dan anak perempuan berumur 1 tahun memiliki tinggi badan berada di rentang 65-68 ataupun kurang dari angka itu.
Bagaimana dampak stunting terhadap negara?
Prevalensi stunting di Indonesia berdasarkan data dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 Â sebesar 21,5%, turun 0,1% dari tahun 2022 yaitu 21,6% (SSGI 2022).
Stunting dapat menghambat pertumbuhan fisik, meningkatkan kerentanan anak terhadap penyakit, menimbulkan hambatan perkembangan kognitif yang menurunkan kecerdasan dan produktivitas anak di masa depan. Stunting juga dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit degeneratif di usia dewasa.
Kerugian ekonomi akibat stunting diperkirakan sebesar 2-3 persen dari Produk Domestik Bruto (GDP) setiap tahun. Dilansir dari portal berita Provinsi Jawa Tengah, Konsultan Kesehatan dan Gizi Nasional Prof. Dr. Hamam Hadi memperkirakan kerugian negara akibat stunting sampai di angka 300 triliun per tahunnya. Stunting berdampak pada ekonomi dengan meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada anak. Anak yang sakit tidak dapat belajar dengan baik sehingga kualitas akademiknya menurun. Kualitas akademik anak yang menurun berdampak pada produktivitasnya di masyarakat. Semakin tinggi kejadian stunting, semakin tinggi pula masyarakat yang tidak produktif, dalam jangka panjang hal ini berdampak pada perekonomian negara.
Stunting memang segawat itu!
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!