Mohon tunggu...
gahpraja
gahpraja Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Penulis muda cerpen dan karya sastra lainnya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bau Neraka

18 Desember 2023   13:48 Diperbarui: 18 Desember 2023   13:57 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            “Kosok?” potong Tarman terheran-heran.

            “Hish! Diam dulu! Emang namanya aneh, tapi itu bunga dapat menghilangkan segala jenis bau. Dan wanginya bertahan lama seumur hidup! Wanginya pula bisa menyebar ke segala penjuru dunia. Nah, kalau lu bisa dapet itu bunga di belakang rumah Babe Murti, oe buatkan parfum Base Note buat ngilangin bau di rumah lu. Dijamin ampuh!”

            Tarman tidak merespon. Ia kurang tertarik.

            “Gratis!”

***

Mengapa rumah orang kaya selalu memiliki gerbang? Sebab yang di dalam, tak ingin diambil oleh yang di luar. Tarman kesusahan memanjat gerbang rumah Babe Murti yang di atasnya terdapat runcingan besi yang bisa membuatnya mati seperti sate tusuk. Tarman merayap dengan sangat berhati-hati.

            Dirinya mengendap-endap ke halaman belakang, tapi entah kenapa penjaga yang biasanya ada di sudut gerbang kini keberadaannya nihil. Tarman menyelinap beberapa tiang dan fondasi bangunan yang setengah jadi, di bawahnya ia kelojotan karena kerikil-kerikil yang bertebaran setajam jarum. Serta batu yang bercampur pasir tidak rata. Di antara terpal yang mengatup depan gundukan adonan semen. Tarman menemukan sekuncup bunga tumbuh yang mengakar di sela-sela puing kayu.

            Bunga itu berdetak. Seperti jantung yang apabila bernafas. Ia menyemburatkan cahaya yang berkedat-kedut macam kunang-kunang. Tarman mengambil sekantung plastik yang isinya muat untuk benih tumbuhan ajaib ini. Tangannya mulai memegang kelopak Bunga Kosok, namun sambaran parang memutuskannya dari pundak Tarman.

            “Sial!” darahnya mengucur bagai keran mengalir air kamar mandi deras.

            Parang itu lalu disambarnya lagi ke kepala Tarman. Membelahnya menjadi dua. Lelaki itu terkapar di atas batu bata. Beberapa lelaki tinggi berjas hitam datang, membopongnya ke sebuah ruangan. Dari kejauhan, Koh Nayawi menggigit jari. Bergemetar.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun