“Oi, ngapain lu disini?” Tarman terperanjat. Tubuhnya bangkit sempoyongan, wajahnya sumringah ketika melihat tulisan cina yang ia tunggu sedari malam akhirnya terbuka. Toko parfum Koh Nayawi yang ia sering dengar sebagai toko parfum terbaik dan bisa meracik ramuan parfum khusus.
Tarman gugup. “I-ini Koh …. mau beli parfum.”
“O, lu mau beli parfum?” Koh Nayawi melepas tirai yang menutup etalasenya. Disana berjejer botol-botol parfum yang mengkilat. Macam berlian berisi air bening. Tarman menelan ludah.
“Mau parfum jenis apa? Ada yang Eau Fraiche juga ada yang Extrait de Parfum. Kalo lu mau bau yang sedikit maskulin, nah,” ia mengangkat salah satu botol berwarna hitam elegan. “Pakai ini, Leather Fragrance aromanya sedikit smoky. Tapi, mirip pegunungan Alps. Lu tau itu gunung ada dimana?”
Tarman menggeleng.
“Hayya, jaman gini ada yang gak tau ma? Yasudah, ini saya sarankan Calvin Klein One dijamin bikin wanita tergila-gila o.”
“Berapa harganya, Koh?”
“Cuman satu juta tujuh ratus saja a.”
Tarman merogoh sakunya, yang padahal ia hanya melakukan gimik. Tak ada sepeser uang pun yang ia bawa semenjak ditekan oleh warga.
“Ck-ck-ck,” Koh Nayawi sudah tidak kaget lagi. “Ini ada parfum isi ulang, sisa cuci gudang kemarin. Ambil saja, nah.”
Tarman sedikit ragu untuk mengambilnya. “Ini bisa buat ngilangin bau, Koh?”