Pasal Nek Wiranti yang berjalan tanpa alas kaki di aspal diterpa terik matahari gerang membidik kulitnya yang tambah gosong adalah mantan salah satu ibu-ibu pengajian yang selalu diadakan Ustad Ramunu setiap hari jumat. Nek Wiranti masih berumur tiga puluh tahun, dan saat itu Ustad Ramunu belum menikah.
Nek Wiranti merupakan janda setelah Omonu, lelaki berandalan yang dikenal warga sebagai tukang sabung ayam serta pemabuk di rumah bordil yang kini telah dilenyapkan. Mulanya, Omonu mencuri uang warisan yang ditinggalkan kepada Wiranti setelah kematian kedua orang tuanya di kota. Omonu lantas hilang tanpa kabar, meninggalkan Wiranti bersama janin yang masih dikandungnya. Sendirian.
Ustad Ramunu menyarankan agar Wiranti bekerja di binatu kampung sebelah. Gajinya mungkin terbilang mencukupi kebutuhan ia dan anaknya. Walau Ustad Ramunu tiap-tiap pulang pengajian memberikannya bantuan, biasanya berupa beras, maupun uang mentah.
Sampai pada hari persalinan, Wiranti melahirkan bayi perempuan yang ia beri nama Nirmala, menurutnya ia ingin bayi perempuan itu diberi kehidupan yang sempurna, lebih sempurna dari kehidupannya sekalipun. Tepat pada 11 November, hari itu Nirmala tumbuh dari suapan ibunya yang banting tulang. Tanpa peran seorang ayah.
Bertahun-tahun terlewati, Nirmala menginjak usia remaja. Enam belas tahun, namun dirinya tidak sesuai dengan harapan Wiranti. Mungkin, karena ia terlalu sibuk bekerja dan membiarkan anaknya itu bebas meliar. Nirmala bahkan ikut tawuran antar sekolah dimana hal itu lumrah dilakukan laki-laki. Mulutnya yang tersumpal asap rokok menyimpan narkoba di bawah ranjang. Tato-tato hitam yang membaluti sekujur tubuh. Wiranti meledak-ledak. Wajahnya merah padam.
"Ibu tak pernah mengajarkanmu seperti ini!" jerit Wiranti membanting pintu.
"Kenapa? Ibu tidak suka? Bukankah selama ini ibu tidak memperhatikanku, hah?"
Wiranti tergeming. Nirmala keluar menanggalkan punggung pada kedua mata yang tak disadarinya melelehkan air mata perlahan.
***
"Jadi hari ini adalah hari ulang tahun Nirmala?" Wirnata mencerna cerita yang diutarakan Ustad Ramunu cukup panjang.
  "Tentu."