Semangat para tokoh Indonesia yang diwakili oleh Sutan Syahrir (ketua), A.K. Gani, Susanto Titrtoprojo dan Mohammad Roem. Â Pemerintah Belanda diwakili oleh Wim Schermerhor (ketua), H.J Van Mook, Â Max van Pool, F. De Boer. Pemerintah Inggris selaku mediator diwakili oleh Lord Killearn.
Patut diakui bahwa bangsa ini mampu untuk berdiplomasi dalam memecahkan permasalahan tanpa harus mengangkat senjata. Â Sejarah mencatat kita tidak pernah kekurangan tokoh-tokoh hebat dalam berdiplomasi.
Pemandian Alam Cibulan
Ikan dewa yang selama ini kita kenal hanya lewat media, saatnya membuktikan keberadaanya dengan datang ke Pemandian Alam Cibulan, tiket masuk Rp. 17.000/orang untuk dewasa, harga yang lumayan murah sebenarnya karena ini area pemandian, kita bisa berenang dan main air sepuasnya, tapi kita berdua tidak persiapan untuk berenang, jadi hanya melihat seperti apa yang namanya Ikan Dewa, ternyata ikannya besar-besar diluar perkiraan saya selama ini.
Saya mencoba memasukan kedua kaki kedalam air, ikan hilir mudik dekat kaki, dan terlihat satu yang lumayan lebih besar daripada yang lainnya, bolak-balik dekat kaki, saya lihat matanya seperti punya bulu mata yang lentik, cantik banget kelihatannya, apakah dulu pasukan Prabu Siliwangi ada perempuan yang cantik, menurut cerita orangtua, Ikan Dewa ini pasukan Prabu Siliwangi yang dikutuk karena membangkang.Â
Apapun itu kita patut bersyukur karena Ikan Dewa ini tidak boleh diambil untuk dikonsumsi jadi kelestariannya terjaga. Â Pengunjung juga bisa berfoto dengan Ikan Dewa, disediakan ikan yang sudah sangat jinak dan ada petugas yang membantunya.
Kuambil gawai dan kutulis Hucap, muncul beberapa lokasi yang dekat dengan kami yang sedang parkir di sebuah warung sembari menikmati sepiring tahu gejrot dibawah pohon rindang yang umurnya ratusan tahun sepertinya kalau dilihat dari sangat besarnya itu pohon. Hucap Widarasari lokasi terdekat yang bisa kami tempuh dari tempat parkir Pemandian Cibulan, kitapun bersiap meninggalkan tempat ini.
Lokasi yang akan dikejar hanya berdasarkanpencarian kita lewat daring, tanpa rekomendasi siapapun, di peta terlihat tidak begitu jauh, begitu kita berjalan ternyata jauh dari perkiraan kita, melewati beberapa desa, terlihat berkali-kali melihat bangunan Kantor Kepala Desa dan Masjid yang megah, jalanan semakin jauh dan sang suara dari peta mengatakan sampai tujuan, kita bingung mana tempat makannya.
Adanya rumah yang ada warung kecil ditengah pesawahan pinggir jalan persis tanpa ada tempat parkir hanya tempat parkir di halaman warung rumah tersebut, saya turun dan bertanya dimana penjual Hucap, ada seorang ibu yang  terlihat didalam, dan menjawab bahwa betul disini jual Hucap, pertanyaan berikutnya dimana kita bisa parkir, ibu itu menunjukkan terus saja jalan nanti ada parkiran dan parkiran disitu, kita jalan terus sembari bingung, terlihat sebelah kanan jalan ada area yang cukup luas tapi didepan gerbang yang terkunci, mobil kita parkir disitu, mudah-mudahan tidak mengganggu, kita berjalan menuju warung tadi dan pesan 2 porsi Hucap.