Hal inilah menjadi pendorong para pengemis untuk apatis. Dan bertindak pragmatis. Dengan berbagai upaya dramatis. Agar mereka memperoleh hasil yang fantastis.Â
Menjadi peminta-minta di lampu TL, angkutan umum, serta jalanan. Menjadi modus yang mudah dilakukan. Kemiskinan dijadikan pembenar alasan mereka untuk mengemis. Meski tubuh-tubuh mereka masih sehat dan kekar. Celakanya, terkadang bayi serta anak-anak dijadikan medianya.
Mereka diekplotasi tanpa ampun. Pagi, siang, hingga malam 'ditanam' di jalan. Sementara 'mandornya' adalah orangtua mereka sendiri. Sebagaimana beberapa kali kejadian yang saya temui di Mojokerto. Hingga pernah saya tantang sang orangtua agar anaknya kami asuh. Mereka tegas menolak. Sebab anak-anak itulah sumber penghasilan meraka. Tsumma na'uzubillah.
Stop Memberi Duit di Lampu TL!
Memberi duit pengemis di lampu TL. Ibarat menyiram bensin di api yang membara. Mengajak untuk pelit? Bukan! Namun semata-mata menyelamatkan mereka dari kebangkrutan nurani. Mengemis hanya dijadikan kedok belaka.
Ada sebuah hadis yang mengancam pengemis berkedok ini.
Diriwayatkan dari sahabat Abdullah bin 'Umar radhiyallahu 'anhuma, ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Seseorang yang senantiasa meminta-minta kepada orang lain. Sehungga ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan tidak ada sekerat daging pun di wajahnya."
Sebab sebenarnya masih banyak golongan. Mereka yang benar-benar lebih membutuhkan uluran tangan kita. Mereka yang dalam keadaan benar-benar menderita. Sebab mengahadapi kesulitan untuk mencari makan sehari-hari. Mereka yang memiliki harga diri untuk tidak mengemis.
Betapa banyak kita saksikan kakek atau nenek renta. Mereka berdagang meski dengan barang dagangan yang nilainya tak seberapa. Atau para penyandang disabiltas yang tetap bekerja keras. Meski terkadang fisiknya 'tak masuk akal' untuk menopang kerjanya. Mereka yang miskin dan telah bekerja keras. Namun upah yang didapatkan amatlah kecil. Tak mampu mencukupi kebutuhan makan keluarganya.
Merekalah yang seharusnya kita beri uluran tangan. Membantu mencukupkan kebutuhan hidupnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H