Nah, masjid dan musala kini mulai bermetamorfosa. Semangat masjid Jogokariyan Jogja semakin menggelora di dada. Takmir masjid harus lebih peduli. Menjadi pelayan jamaah. Tak hanya sekedar urusan menyiapkan tempat shalat. Atau tempat untuk mengaji.
Menyiapkan serta menjamu saat berbuka puasa. Ternyata tak kalah penting juga. Agar jamaah lebih berdaya. Memanfaatkan waktu petang. Untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Penciptanya.
Bila kemarin dan kemarinnya. Menu buka hanya sekedar iftar (takjil). Pembatal puasa berupa air putih dan kurma. Maka kini, berbagai minuman tersedia. Pun dengan makan besar untuk berbuka. Yang biasanya kita sajikan selepas jamaah shalat Maghrib.
Merangkai Doa Menyambut Berbuka
Menjadikan masjid sebagai tempat ngabuburit. Mengubah kebiasaan tidak berfaedah. Menjadi kebiasaan bermakna dan penuh pahala. 'Menunggu azan' di masjid dengan berdoa. Bermunajat sembari menyirami hati dengan tausyiah-tausyiah.
Inilah menu favorit kekinian kami. Tak sekedar memilih dan memilih menu favorit. Tak hanya sekedar takjil dan berbuka puasa. Namun menyongsong berkah tiada tara. Yang tak akan didapatkan di luar bulan Ramadan.
Ketika anak-anak dan remaja maunya cuci mata. Kita gandeng bersama untuk cuci hati. Meski butuh waktu. Serta memanjakan mereka dengan sesuatu yang tidak biasa.
Membelajarkan diri bersama-sama. Bahwa menu takjil dan buka favorit. Yang terbaik adalah di masjid atau mushala. Bukan di jalan raya atau tempat wisata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H