Entahlah. Sejak tadi aku agak risih mendengar percakapan sepasang suami istri di hadapan saya. Meski restoran ini cukup ramai, tapi tetap saja percakapan mereka terdengar olehku.
"Ma, sebaiknya BH-nya masukkan tas dulu deh," pinta seorang lelaki kepada seorang perempuan di sampingnya.
"Nggak enak, Pa. Kalau ada apa-apa nanti saya nggak tahu," timpal perempuan tersebut. Saya yakin sang perempuan tersebut adalah istrinya. Sebab gestur tubuh saat bercakap-cakap begitu akrab dan terlihat alami.
"Kalau ada apa-apa, Papa tidak mau tanggung resiko lho, ya?" Sang suami mencoba meyakinkan.
"Santai saja, Pa. BH ini kan sudah saya kunci. Jadi kalau hilang, saya akan tahu posisinya dimana."
"Iya sih. BH sekarang ini kan sudah pada canggih. Fungsi GPS-nya sudah bisa untuk mengunci pula."
"Trus, BH Papa sudah dikunci juga tidak?"
Duh, pertanyaan terakhir itu malah membuat mataku terbelalak.
BH kok ada GPS-nya ya? Asli aku jadi nggak ngeh saja dengan percakapan mereka. Dalam hatiku pun ngakak sejadi-jadinya. BH canggih dengan fungsi lock melalui GPS. Terus, sang papa itu juga pakai BH. Apa-apaan ini?
Belum habis pertanyaan-pertanyaan itu meluncur di benakku, aku pun menjadi lebih kepo. Memasang telinga dengan lebih lebar. Sambil sesekali menyeruput kopi espresso pahit favoritku.
"Ya sudah to, Ma. Sejak kejadian BH Mama yang hilang itu, papa jadi lebih hati-hati." Sang mama itu pun nampak manggut-manggut.
"Coba kalau BH mama ini ditukar dengan BH Arini gimana, Pa?"
"Lho, kok...?" Sang suami terlihat berubah mimiknya. Keheranan rupanya.
"Itu, si Arini kemarin merengek-rengek. Katanya, BH-nya sudah nggak enak lagi kalau disentuh. Gitu," sang mama mencoba mengemukakan alasan.
"Lha piye to? Kan BH Arini itu masih baru. Apa nggak dicekkan dulu saja ke tokonya. Biar ketahuan, kenapa kok nggak enak kalau disentuh," sang papa mencoba memberi solusi.
"Ah, Papa. Kayak nggak tahu Arini saja. Dia kan pemalu. Disuruh beli sendiri saja, malah minta tolong papa yang belikan."
"Ya, sih. Ya sudah, nanti malam coba saya periksakan dulu ke toko dulu. Kan garansi 2 tahunnya masih belum pernah terpakai?"
Ihh...masak BH kok pakai garansi. 2 tahun lagi. Yang bener saja. Masih saja aku bergelut dengan otak gagal pahamku. BH sudah nggak enak lagi disentuh. Lha, ngapain kok BH pakai disentuh-sentuh?
Ah, sudahlah. Aku tutup saja telingaku rapat-rapat. Apalagi pesanan makanan siangku pun sudah datang.
----------
.
[note: Membayangkan kejadian seandainya BB diartikan bukan sebagai Black Berry. Tapi diterjemahkan secara bebas sebagai Berry Hitam, atau disingkat BH.]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H