Burhan belakangan ini akhirnya tahu jika Bapaknya tak bisa lagi berjualan obat. Nestapa dengan kesendirian. Tuduhan menerpa berulang kali, kalau penyebab itu semua berkat kelakuannya. Mimpi yang terus menghantui membuat ia akhirnya paham, berjanji akan bertemu dengan Bapaknya melalui perantara seorang teman. Menyesali segala perilakunya. Ketika sosok bayang-bayang mendekat ke arah Lelaki Tua yang duduk termangu di sebuah bangku, ia bergidik dan merasa itu hanya ilusi semata dan terus menunggu. Sayup-sayup terdengar bisikan di telinga kiri Lelaki Tua:
"Mungkin belum waktunya aku pulang. Biarkan diriku mencari kebebasan di dunia ini. Bapak, aku menyesal membawa motormu dan menyembunyikan identitasku selama ini."
***
Orang-orang yang melintas malam itu menghentikan laju kendaraan dan berkerumun di tengah jalan raya depan sebuah wisma. Tidak lama kemudian datang sebuah mobil ambulance yang berhenti tak jauh dari kerumunan dan dua laki-laki keluar berpakaian putih-putih membawa tandu mengangkut seorang waria yang terkapar tak sadarkan diri. Darah bercucuran dari kepalanya hingga membentuk genangan kecil di aspal dan motornya hancur terseret ke tepi jalan. Korban tabrak lari. Sirene ambulance meraung-raung, melewati alun-alun dan melaju terus ke arah rumah sakit. Gosip tersiar sampai ke pinggiran kota. Burhan mati tergilas mobil sedan...(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H