Seumur-umur Barat menjadi laki-laki, tak pernah disadarinya bahwa perempuan itu serupa burung merak jantan yang mengembangkan ekornya lebar-lebar. Mereka selalu menanti, dan itulah kegemaran seorang perempuan. Oleh sebab itulah perempuan tak pernah merdeka. Bahkan dalam perjuangan kemerdekaannya pun, perempuan menantikan laki-laki menjadi bodoh dan usang. Begitupun dalam persoalan mereka tentang cinta. Bagi perempuan, adalah suatu penghinaan bagi dirinya apabila mereka duluan yang menyatakannya. Berjuta-juta perang sudah dimenangkan oleh laki-laki, namun yang tak pernah dimengerti oleh wanita adalah bahwa peperangan selalu dimenangkan oleh tindakan, bukan penantian. Dan sesaat kereta berhenti di Lebak Bulus, dua manusia, laki-laki dan perempuan di gerbong lima itu, kalah dalam peperangannya. Orang-orang keluar, begitupun Barat dan perempuan asingnya yang sedari tadi sebenarnya tidak memutar musik apapun di penyuara jemalanya, melainkan sibuk mendengar detak jantungnya sendiri.
Ketika dilihatnya gadis itu bertemu dengan seorang laki-laki dan memeluknya di luar stasiun, Barat mengalihkan pandangannya, memesan taksi daring dan pulang dengan hati yang terluka. Begitupun dengan gadis itu, sesaat pelukan dilepas, dia melihat ke belakang dan menemukan Barat sedang menudukkan kepalanya mengurusi pemesanan taksi di gawai, hatinya sedih. Hari itu baginya adalah kegagalan ekor meraknya yang terbesar, karena ia tak pernah terbentang sempurna serupa hari itu.
Malam jadi begitu muram bagi keduanya. Di sebuah restoran, gadis itu menyantap makanannya sembari pura-pura tertawa dan sesekali melihat hujan turun di luar, dan terus menanyakan perihal laki-laki yang melihatnya dengan penuh cinta. Di sebuah apartemen, Barat memberi makan kucingnya, namun dirinya tidak di sana. Sepertinya Barat masih tertinggal di kereta. Tapi ia yakin, besok ia akan menemukan gadis itu kembali di stasiun yang sama pada jam yang sama. Namun semesta benar-benar kecewa, semula mitos yang menjadi kenyataan itu kini berpaling menjadi sebuah berita bahwa gadis itu akan berangkat ke Amerika esok hari untuk menempuh pendidikannya kembali. Badainya benar-benar datang tepat waktu.
Saat dilihatnya besok gadis itu tidak ada di sana, ia merasa baik-baik saja, tidak kecewa, mungkin ia hanya terlambat beberapa menit, atau terlalu cepat beberapa menit. Satu-satunya yang menjadi penting bagi Barat adalah, ia menemukan motivasinya untuk terus hidup, karena ia tahu, suatu saat, mereka akan bertemu lagi. Entah dalam pertemuan yang seperti apa, namun misteri tentang wajah itu adalah sesuatu yang harus dipecahkannya.[]
2022
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI